Beranda Uncategorized Empat Meninggal Karena DBD, Dinkes Tulungagung: Terlambat Dibawa ke Faskes

Empat Meninggal Karena DBD, Dinkes Tulungagung: Terlambat Dibawa ke Faskes

187
Ilustrasi nyamuk aedes aegypti. (Sumber: Katadata)

KUBUS.ID – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tulungagung mengalami peningkatan di awal tahun 2025. Hingga minggu ke-7, sebanyak 198 kasus DBD tercatat, dengan empat di antaranya meninggal dunia. Menurut Dr. Desi Lusiana Wardhani, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, sebagian besar kasus kematian ini disebabkan oleh keterlambatan pasien dibawa ke fasilitas kesehatan.

Salah satu contoh kasus, kata Desi, adalah seorang pasien anak yang baru dibawa ke rumah sakit sudah dalam fase kritis.

“Salah satu kasus, dari panas hari pertama baru dibawa ke RS hari ke 7, itu kan sudah fase kritis,” ungkap Dr. Desi Jumat (21/2) siang.

Dr. Desi menyebutkan bahwa faktor utama keterlambatan ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat, khususnya keluarga, terhadap gejala DBD yang perlu penanganan segera.

“Meskipun kami sudah sering mengedukasi masyarakat, pengetahuan tentang pentingnya membawa pasien ke tenaga medis segera masih kurang. Akibatnya, pasien terlambat mendapatkan perawatan medis,” jelasnya.

Sebagai upaya untuk mencegah kasus serupa, Dinas Kesehatan Tulungagung terus melakukan edukasi dan sosialisasi, salah satunya melalui program-program di sekolah-sekolah. Ia menekankan pentingnya masyarakat untuk segera membawa anggota keluarga, terutama anak-anak, yang mengalami demam lebih dari tiga hari ke fasilitas kesehatan. “Kami mengimbau orangtua untuk tidak menunda membawa anak-anak ke fasyankes jika gejala DBD terjadi lebih dari tiga hari. Penanganan cepat sangat penting untuk mencegah kematian,” tegasnya.

Walaupun jumlah kasus DBD tahun ini mengalami peningkatan, Dr. Desi menegaskan bahwa tren kasus menunjukkan penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. “Jumlah kasus tahun ini memang lebih tinggi, tetapi jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, angka kasus mengalami penurunan, setidaknya angika kematian pada februari tahun ini,” ujar Dr. Desi.

Untuk pengendalian DBD, Dinas Kesehatan masih terus melakukan fogging atau pengasapan, namun dengan pengendalian yang lebih ketat. “Fogging tetap dilakukan, tetapi kami lebih selektif. Jika ada yang ingin melakukan fogging mandiri, mereka harus memenuhi empat syarat dan tetap didampingi oleh puskesmas agar tidak menimbulkan bahaya baru,” tambah Dr. Desi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung terus berupaya untuk menekan angka kematian akibat DBD, dengan harapan agar masyarakat lebih memahami pentingnya penanganan medis yang cepat dan tepat. Kedepannya, kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala DBD dan segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan akan menjadi faktor utama dalam menurunkan risiko kematian akibat penyakit ini. (nhd)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini