KUBUS.ID – Memasuki lembaran baru tahun Hijriah, terdapat amalan-amalan yang dianjurkan oleh para ulama, baik itu sifatnya qawliyah maupun fi’liyah. Salah satu amalan fenomenal yang dianjurkan adalah meminum susu putih pada 1 Muharram. Amalan ini telah familiar dan terdiseminasi oleh entitas umat Islam.
Tradisi ini disebut berasal dari ulama sufi ternama asal Makkah, Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki. Ia dikenal rutin membagikan susu putih kepada para muridnya setiap awal tahun Hijriah. Dalam ajaran beliau, susu putih melambangkan tafa’ul – yaitu optimisme dan harapan akan kebaikan, sebagaimana putih dan bersihnya warna susu.
Sebagai keberkahan, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki juga menganjurkan untuk menyertainya dengan doa saat hendak meminumnya, dengan doa:
Tafa’ul atau positive thinking dalam Islam merupakan bentuk husnuzon (berbaik sangka) kepada Allah SWT. Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW pun mempraktikkan tafa’ul, misalnya dengan mengganti nama seorang anak menjadi “Munzir” yang berarti “pemberi peringatan”, sebagai harapan atas masa depannya.
Konsep tafa’ul juga banyak ditemui dalam praktik fikih. Misalnya, memasak daging aqiqah dengan bumbu manis sebagai simbol harapan agar anak berakhlak lembut, hingga menyiram air dingin di atas kuburan sebagai bentuk doa agar Allah menyejukkan alam kuburnya.
Makna Minum Susu Putih di 1 Muharram
Minum susu putih di malam atau pagi 1 Muharram diyakini menjadi medium spiritual untuk menanamkan niat baik di awal tahun. Warna putih menjadi simbol bersihnya lembaran baru dan harapan agar hidup di tahun ini penuh keberkahan dan kebajikan.
Tradisi ini kian populer dan tersebar luas di kalangan umat Islam, terutama yang mengikuti ajaran tasawuf dan tradisi pesantren. Banyak keluarga bahkan menjadikan susu putih sebagai bagian dari ritual keluarga setiap tahun baru Hijriah.
اللهم بارك لنا فيه وزدنامنه
Artinya: “Ya Allah, berkahilah minuman kami dan tambahkanlah darinya (rezeki) pada kami.”
Secara epistemologis, terma tafa’ul memang sudah tidak asing lagi dalam agama Islam. Bahkan, Nabi Saw. Juga menyukai sebuah bentuk tafa’ul. Hal ini seperti hadis fi’li yang berbunyi:
كَانَ رسول الله صلى الله عليه وسلم يُحِبُّ الْفَأْلَ الْحَسَنَ، وَيَكْرَهُ الطِّيَرَةَ
Artinya: “Nabi Saw itu menyukai tafa’ul yang baik dan membenci tiyarah”
Tafa’ul memang dianggap penting dan perlu. Sebab selain merealisaaikan instruksi untuk beriktikad dan berbaik sangka kepada Allah Swt., tafa’ul juga akan memantik daya magis-energik kepada setiap diri manusia untuk mengejawantahkan misi dari harapan baik tersebut. Hal ini sesuai rasionalisasi Imam al-Sya’rawi atas hadis di atas, sebagai berikut:
لأن الفَأْل الطيب يُنشّط أجهزة الجسم انبساطاً للحركة
Artinya: “Sebab tafa’ul yang baik akan membangkitkan semangat jiwa untuk memudahkan aktivitas tubuh untuk berbuat baik.”
Momentum Hijrah: Awali Tahun dengan Optimisme
Momentum tahun baru Hijriah adalah waktu yang tepat untuk memulai kembali dengan semangat baru. Menjaga tradisi seperti ini tidak hanya mempererat nilai spiritual, tetapi juga memperkuat ikatan sosial dan budaya umat Islam.
Minum susu putih di 1 Muharram bukan sekadar simbolis, tetapi juga mengingatkan kita bahwa harapan baik perlu disertai dengan tindakan nyata dan doa yang tulus. Semoga tahun ini membawa keberkahan, ketenangan, dan kemajuan bagi seluruh umat.(adr)