KUBUS.ID – Banyak masyarakat menghubungi Gatekeeper Radio ANDIKA karena menjadi korban penipuan online. Modusnya beragam, mulai dari penipuan belanja daring, undian palsu, hingga permintaan transfer uang dengan berbagai alasan. Kerugian yang dialami pun bervariasi, bahkan ada yang mencapai jutaan rupiah.
Menanggapi fenomena tersebut, Kepala Laboratorium Psikologi UIN Kediri, Dr. Imron Muzakki, M.Psi., menyampaikan bahwa penipuan daring bukan sekadar persoalan teknis, tetapi erat kaitannya dengan psikologi manusia. Dalam psikologi, fenomena itu disebut social engineering atau rekayasa sosial. Pelaku memanipulasi kondisi psikologis korban, biasanya dengan menekan emosi seperti ketakutan atau kepanikan.
“Dalam psikologi, ini disebut social engineering atau rekayasa sosial. Pelaku memanipulasi kondisi psikologis korban, biasanya dengan menekan emosi seperti ketakutan atau kepanikan,” katanya.
Menurut Imron, setiap orang memiliki titik lemah psikologis yang bisa dimanfaatkan pelaku. Dalam banyak kasus, korban tidak bisa berpikir jernih karena kondisi emosi sedang terguncang. Ketika seseorang sedang takut, cemas, atau terlalu senang, ia cenderung gegabah dalam mengambil keputusan.
Selain itu, terkait fenomena gendam yang kerap dikaitkan dengan penipuan, menurut Imron, hal itu berkaitan dengan alam bawah sadar. Ketika kita terlalu fokus pada sesuatu, alam sadar melemah dan bawah sadar mengambil alih. Saat itulah kita lebih mudah dipengaruhi.
“Terkait gendam, itu biasanya alam bawah sadar. Ketika kita terlalu fokus pada sesuatu, alam sadar melemah dan bawah sadar mengambil alih. Saat itulah kita lebih mudah dipengaruhi,” imbuhnya.
Imron mengimbau agar tidak mudah menjadi korban, masyarakat perlu meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan. Latih diri untuk tidak terburu-buru mengambil keputusan. Jangan langsung percaya, dan lakukan verifikasi.
Ia menekankan pentingnya edukasi publik secara berkelanjutan. Masyarakat harus menjadi smart buyer, kritis, dan tidak mudah tergiur oleh tawaran yang menggiurkan.(slv)