Beranda Gaya Hidup Agar Tidak Cepat Lelah Hidup: 6 Pilar Keseimbangan Mental ala Gen Z

Agar Tidak Cepat Lelah Hidup: 6 Pilar Keseimbangan Mental ala Gen Z

1135

KUBUS.ID – Burnout bukan cuma milik para pekerja kantoran yang kehabisan energi karena lembur semalaman. Nyatanya, banyak anak muda, terutama Gen Z, mengalami kelelahan emosional yang intens—meskipun usia mereka masih awal 20-an. Merasa tidak cukup, kehilangan arah, dan takut gagal adalah tekanan yang sering mereka rasakan diam-diam.

Di balik generasi yang dikenal kreatif, tech-savvy, dan vokal dalam bersuara, ada sisi rapuh yang kerap tersembunyi. Menurut Reti Oktania, M.Psi., seorang psikolog klinis, banyak anak muda hari ini mengalami identitas yang tidak seimbang. Mereka terlalu menggantungkan harga diri pada satu aspek saja, misalnya karier, pencapaian akademis, atau citra diri di media sosial. Ketika aspek itu gagal, rasa runtuh pun datang menghantam.

Namun, hidup bukan tentang satu hal saja. Dan menurut teori self-concept dari psikolog Susan Harter, identitas diri yang kuat dan sehat justru dibangun dari beragam sisi kehidupan. Reti menyebutnya sebagai “keranjang identitas”—dan setiap keranjang ini perlu diisi agar kita tidak mudah goyah saat salah satunya roboh.

Inilah 6 Pilar Hidup yang Perlu Dimiliki Gen Z agar Tidak Mudah Burnout:

1. Pengetahuan: Belajar Sepanjang Hidup

Ilmu bukan sekadar untuk lulus atau dapat gelar. Membekali diri dengan pengetahuan—baik lewat pendidikan formal maupun belajar mandiri—adalah cara untuk terus berkembang. Saat kamu punya pemahaman yang luas, kamu akan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan dan menghadapi ketidakpastian hidup.

Contoh nyata? Bayangkan anak yang sejak kecil hanya fokus pada sepak bola, bahkan sampai mengorbankan waktu bermain dan belajar. Tapi suatu hari ia mengalami cedera dan tak bisa bermain lagi. Karena hidupnya hanya dibangun di atas satu hal, semuanya terasa runtuh.

2. Koneksi Sosial: Kamu Butuh Orang Lain, Meskipun Sedikit

Punya hubungan yang sehat—baik dengan teman, keluarga, atau komunitas—adalah faktor kunci kebahagiaan jangka panjang. Meskipun kamu seorang introvert, tetap penting punya satu atau dua orang tempat berbagi cerita. Koneksi yang hangat dan tulus bisa jadi penguat saat kamu merasa sendiri dan lelah.

3. Kesehatan Fisik: Tubuh yang Kuat, Jiwa yang Tangguh

Makan bergizi, tidur cukup, bergerak aktif, dan menjaga kebersihan bukan cuma soal penampilan, tapi bentuk kasih sayang terhadap diri sendiri. Banyak orang baru menyadari pentingnya tubuh sehat saat sudah kelelahan secara mental. Padahal, tubuh yang prima bisa membuatmu lebih sanggup menghadapi stres dan tekanan sehari-hari.

4. Minat & Hobi: Ruang untuk Bahagia Tanpa Tuntutan

Tidak semua hal harus menghasilkan uang atau validasi. Menekuni sesuatu hanya karena kamu menyukainya—seperti melukis, menulis puisi, membuat video, atau merawat tanaman—adalah bentuk self-care. Aktivitas ini jadi semacam “ruang aman” di tengah dunia yang penuh tuntutan.

5. Tanggung Jawab & Peran: Titik Pegangan Saat Hidup Goyah

Miliki satu peran yang kamu jalankan secara konsisten. Bisa jadi kamu adalah anak pertama yang bantu mengurus adik, atau kamu jadi admin komunitas kecil. Peran ini memberi rasa arah dan stabilitas. Ketika bagian hidup lain sedang kacau, tanggung jawab ini bisa menjadi jangkar yang membuatmu tetap berdiri.

6. Kebaikan: Sumber Makna yang Tak Lekang Zaman

Berbuat baik—meski kecil dan tak terlihat—adalah bentuk pengakuan bahwa hidupmu berarti. Saat kamu merasa tak berguna atau kehilangan arah, menolong orang lain bisa membuatmu merasa dibutuhkan dan terhubung dengan dunia. Kebaikan adalah pengingat bahwa kamu tidak harus hebat dulu untuk bisa berdampak.

Karier Bisa Gagal, Hidup Bisa Kacau—Tapi Kamu Tak Harus Ikut Hancur

Di era digital ini, ketika standar kesuksesan ditentukan oleh likes, views, dan pencapaian instan, Gen Z perlu diingatkan: menjadi cukup itu jauh lebih penting daripada terlihat sempurna.

Isi enam ruang hidup ini secara seimbang. Karena ketika satu bagian tumbang, kamu masih punya tempat berpijak. Dan di situlah kekuatan sejati terbentuk—bukan dari pencapaian, tapi dari keseimbangan. (thw)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini