Beranda Jawa Timur Ratusan Siswa Mogok Sekolah, Psikolog UNESA Dr. Miftakhul: Remaja Berani Bersuara, Tapi...

Ratusan Siswa Mogok Sekolah, Psikolog UNESA Dr. Miftakhul: Remaja Berani Bersuara, Tapi Harus Tahu Batas

53

KUBUS.ID – Aksi mogok sekolah yang dilakukan ratusan siswa SMAN 1 Cimarga sebagai bentuk solidaritas terhadap teman yang ditegur karena merokok, Menurut Dr. Miftakhul Jannah, S.Psi., M.Si., Dosen Psikologi Universitas Negeri Surabaya, mencerminkan dinamika psikologis remaja masa kini, keberanian siswa menyuarakan pendapat patut diapresiasi. Namun, ia mengingatkan bahwa setiap aksi memiliki konsekuensi.

“Remaja perlu dibimbing untuk memahami bahwa menyampaikan pendapat harus dilakukan dengan cara yang tepat dan tidak merugikan diri sendiri maupun orang lain,” ujarnya.

Dari sudut pandang pendidikan, fenomena ini mencerminkan tantangan yang dihadapi guru. Dulu, guru memiliki kewenangan lebih luas dalam mendisiplinkan siswa. Tindakan seperti mencubit atau menegur secara keras dianggap wajar serta didukung oleh orang tua. Namun, kini situasinya berbeda. Kewenangan guru semakin terbatas, sementara tuntutan profesionalisme tetap tinggi. Bahkan, tak jarang saat menegur siswa mendapat protes dari orang tua.

Menurut Dr. Miftakhul, Ini menandakan bahwa guru butuh advokasi dan perlindungan dalam menjalankan perannya sebagai pendidik. Norma dan etika dalam dunia pendidikan juga berubah signifikan,  Saat ini, segala bentuk kekerasan, baik fisik maupun verbal, bisa jadi permasalahan serius. Ucapan yang mengarah pada body shaming seperti kata kurus, gendut pun dapat dianggap sebagai bentuk bullying dan berpengaruh pada kesehatan mental siswa. Generasi saat ini, memang dikenal lebih sensitif karena tumbuh di era yang sangat memperhatikan isu mental health. Oleh karena itu, guru perlu lebih bijak dalam berkomunikasi, agar teguran tidak disalahartikan.

Terkait aksi mogok sekolah, pendekatan yang disarankan adalah melalui komunikasi persuasif. Siswa sebaiknya diajak berdialog secara baik-baik dan diajak berpikir secara rasional, apakah aksi mogok ini benar-benar solusi, dan apakah mereka siap dengan risiko tertinggal pelajaran. Sebab, yang paling dirugikan jika tidak bersekolah adalah siswa itu sendiri.

Dr. Miftakhul juga menekankan pentingnya aturan sekolah yang jelas dan tertulis. Aturan tersebut harus disosialisasikan kepada seluruh siswa agar menjadi pijakan bersama. Guru pun akan memiliki dasar hukum yang kuat dalam bertindak, sementara Jika ada pelanggaran, siswa juga harus mendapat sanksi karena ini dunia Pendidikan. (rif)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini