KUBUS.ID – Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) adalah salah satu gangguan hormonal yang paling umum terjadi pada perempuan usia subur. Kondisi ini berdampak pada sistem reproduksi, metabolisme, hingga kondisi psikologis perempuan, dan sering kali tidak disadari hingga gejalanya semakin jelas.
Menurut berbagai studi medis, PCOS memengaruhi sekitar 1 dari 10 perempuan di seluruh dunia, dan banyak di antaranya tidak menyadari bahwa mereka mengalaminya.
Apa yang Terjadi pada Tubuh Perempuan dengan PCOS?
PCOS terjadi ketika tubuh memproduksi hormon androgen secara berlebihan. Androgen adalah hormon yang secara alami lebih tinggi pada pria, namun perempuan juga memproduksi hormon ini dalam jumlah kecil. Kadar androgen yang tinggi pada perempuan dapat mengganggu pelepasan sel telur dari ovarium (ovulasi), sehingga berdampak pada kesuburan dan kesehatan sistem reproduksi.
Dr. Keisha Callins, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Community Health Care Systems, menyebutkan bahwa ovarium perempuan dengan PCOS biasanya terlihat berbeda dari ovarium normal. Ovarium mereka cenderung membesar dan memiliki banyak kantung kecil berisi cairan (kista) yang tidak berkembang sempurna. Inilah yang membuat proses ovulasi terganggu atau tidak terjadi sama sekali.
Gejala PCOS: Tidak Hanya Soal Menstruasi
Gejala PCOS bisa bervariasi antar individu, tergantung pada tingkat keparahan dan ketidakseimbangan hormon yang terjadi. Namun, beberapa tanda umum yang sering dilaporkan oleh pasien meliputi:
1. Menstruasi Tidak Teratur
Ini adalah gejala paling umum. Siklus menstruasi bisa menjadi sangat panjang, jarang datang, atau bahkan berhenti sama sekali. Sebagian perempuan mengalami haid hanya beberapa kali dalam setahun.
2. Jerawat Membandel
Peningkatan kadar androgen dapat menyebabkan produksi sebum berlebih di kulit, yang memicu munculnya jerawat parah dan sulit diatasi, terutama di wajah, punggung, dan dada.
3. Pertumbuhan Rambut Berlebih (Hirsutisme)
Hormon androgen juga mendorong pertumbuhan rambut yang tidak biasa, seperti di area wajah, dada, perut, dan punggung—ciri khas hirsutisme.
4. Rambut Kepala Menipis
Sebaliknya, rambut di kulit kepala bisa menipis atau rontok seperti pola kebotakan pada pria.
5. Penambahan Berat Badan
PCOS sering dikaitkan dengan kenaikan berat badan, terutama di area perut, yang sulit dikendalikan meskipun dengan diet dan olahraga.
6. Kulit Menghitam di Lipatan
Sebagian penderita mengalami acanthosis nigricans, yaitu penggelapan kulit di area lipatan seperti leher, ketiak, atau selangkangan, yang disebabkan oleh resistensi insulin.
7. Sulit Hamil
PCOS adalah salah satu penyebab infertilitas paling umum. Ovulasi yang jarang atau tidak terjadi membuat peluang kehamilan menurun drastis.
Dr. Mary LaPlante, seorang obgyn dari Cleveland dan anggota American Medical Association (AMA), menyatakan bahwa gangguan menstruasi merupakan “alarm utama” yang sering menjadi titik awal diagnosis PCOS.
Penyebab PCOS: Multifaktor dan Belum Sepenuhnya Dipahami
Meskipun belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan PCOS, para ahli percaya bahwa kombinasi beberapa faktor berkontribusi terhadap munculnya kondisi ini. Berikut beberapa faktor utama:
1. Resistensi Insulin
Ini adalah kondisi di mana tubuh tidak menggunakan insulin secara efektif, sehingga pankreas memproduksi lebih banyak insulin. Kelebihan insulin inilah yang kemudian merangsang ovarium untuk memproduksi hormon androgen lebih banyak dari biasanya.
Dr. Kelsey Sherman, dokter keluarga dari Colorado, menyebut resistensi insulin sebagai pemicu utama peningkatan kadar androgen, yang berujung pada gangguan ovulasi.
2. Faktor Genetik
Jika ada anggota keluarga yang mengalami PCOS, risiko kamu mengalaminya juga meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa faktor keturunan sangat berperan dalam kondisi ini.
3. Peradangan Tingkat Rendah
Peradangan kronis ringan di tubuh dapat merangsang ovarium untuk menghasilkan lebih banyak androgen. Tes darah yang menunjukkan kadar C-reactive protein (CRP) tinggi bisa menjadi indikasi adanya peradangan ini.
PCOS Tidak Hanya Tentang Reproduksi
Meskipun PCOS sering dikaitkan dengan infertilitas, kondisi ini memiliki dampak jauh lebih luas. Dalam jangka panjang, perempuan dengan PCOS berisiko lebih tinggi mengalami:
- Diabetes tipe 2
- Hipertensi
- Kolesterol tinggi
- Penyakit jantung
- Sleep apnea
- Depresi dan gangguan kecemasan
PCOS juga dapat memengaruhi kesehatan mental secara signifikan karena perubahan fisik (seperti jerawat atau pertumbuhan rambut berlebih) dapat menurunkan kepercayaan diri, sementara gangguan hormon berdampak langsung pada suasana hati.
Bisakah PCOS Dicegah atau Dikelola?
Saat ini belum ada cara pasti untuk mencegah PCOS sepenuhnya. Namun, kamu bisa mengelola dan meminimalkan gejalanya dengan melakukan perubahan gaya hidup sehat.
Beberapa upaya yang disarankan antara lain:
✅ Menurunkan Berat Badan Secara Sehat
Penurunan berat badan sebesar 5–10% saja sudah dapat membantu memperbaiki siklus menstruasi dan mengurangi gejala PCOS.
✅ Olahraga Teratur
Aktivitas fisik membantu tubuh lebih sensitif terhadap insulin dan menjaga berat badan tetap stabil.
✅ Pola Makan Seimbang
Fokus pada makanan rendah indeks glikemik seperti sayur, buah, biji-bijian utuh, serta protein tanpa lemak. Hindari makanan olahan dan gula tambahan.
✅ Mengelola Stres
Meditasi, yoga, tidur cukup, dan terapi psikologis bisa membantu menyeimbangkan hormon dan memperbaiki suasana hati.
✅ Konsultasi dengan Dokter
Penggunaan obat tertentu seperti pil KB atau obat insulin (metformin) bisa diresepkan oleh dokter untuk mengatur hormon dan menstruasi.
Dr. Sherman menekankan bahwa pengelolaan PCOS adalah komitmen jangka panjang, dan gaya hidup sehat merupakan fondasi utama yang tidak boleh diabaikan.
PCOS adalah kondisi medis serius yang tidak hanya berdampak pada kesuburan, tapi juga pada kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh. Mengenali gejalanya sejak dini, memahami penyebabnya, dan mengambil langkah pencegahan melalui perubahan gaya hidup bisa membantu perempuan dengan PCOS menjalani hidup yang sehat dan produktif.
Jika kamu merasa mengalami salah satu atau beberapa gejala di atas, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Penanganan lebih awal bisa mencegah komplikasi yang lebih besar di kemudian hari. (thw)
Source: kompas.com