KUBUS.ID – Fenomena game Roblox di kalangan anak-anak menjadi sorotan banyak pihak, terutama terkait dampak psikologis anak. Dosen S1 Psikologi IIK Bhakti Wiyata Kediri, Puput Mariyati, M.Psi., menyebut bahwa Roblox ibarat seperti pedang bermata dua. Bisa memberi manfaat, tapi juga bisa membahayakan jika tidak dikontrol dengan baik.
“Roblox ini seperti pedang bermata dua. Bisa memberi manfaat, tapi juga bisa membahayakan jika tidak dikontrol dengan baik,” ujar Puput.
Menurutnya, bukan hanya Roblox yang perlu diwaspadai, melainkan semua game yang memiliki fitur interaktif dan menarik. Namun, Roblox menjadi istimewa karena menawarkan fitur yang sangat beragam dan berbeda dari game lain, sehingga membuat anak-anak sangat tertarik untuk terus memainkannya.
“Anak-anak suka karena Roblox memberi banyak pilihan permainan. Mereka merasa bebas bereksplorasi dan ini menimbulkan kesenangan tersendiri,” tambahnya.
Meski demikian, Puput mengingatkan bahwa orang tua harus memahami bagaimana proses anak bermain, jenis kesenangan yang dirasakan, serta dampak jangka panjangnya. Orang tua disarankan melakukan pengamatan tentang game ini sebelum memberikan izin kepada anak.
Dalam Roblox, sebenarnya tersedia pengaturan keamanan untuk menghindari dampak negatif, seperti filter chat dan batas usia. Namun, masih sering terjadi kebobolan, terutama dalam interaksi antar pemain.
“Di dalam game ini ada fitur chat yang sangat rawan digunakan untuk komunikasi yang tidak pantas. Ini bisa mengarah pada konten dewasa atau interaksi yang tidak sehat, terutama jika dimainkan oleh anak di bawah umur,” ungkapnya.
Menurut Puput, dari sisi positif, Roblox dapat mengasah kreativitas, imajinasi, dan kemampuan berpikir logis anak. Namun, jika dimainkan secara berlebihan, dampaknya cukup serius. Efek negatifnya bisa berupa kecanduan, sulit tidur, perubahan suasana hati, agresivitas, gangguan kecemasan, keluhan fisik seperti sakit kepala dan punggung, hingga menurunnya minat belajar.
“Efek negatifnya bisa berupa kecanduan, sulit tidur, perubahan suasana hati, agresivitas, gangguan kecemasan, keluhan fisik seperti sakit kepala dan punggung, hingga menurunnya minat belajar,” jelas Puput.
Beberapa negara bahkan sudah mulai menerapkan pembatasan penggunaan Roblox untuk anak-anak, karena dianggap berpotensi menimbulkan kecanduan bahkan mengarah pada perjudian terselubung.
Untuk mencegah dampak buruk, orang tua disarankan membuat aturan yang jelas. Misalnya, anak boleh main Roblox setelah salat atau mengaji, dengan durasi maksimal satu jam. Itu akan membentuk rutinitas yang seimbang dan mengajarkan anak disiplin waktu.
Jika anak sudah menunjukkan gejala kecanduan, seperti gelisah saat tidak bermain, malas sekolah, atau mengabaikan aktivitas lain, Puput menyarankan segera konsultasi ke profesional. Penanganan bisa berupa detoks digital dan terapi psikologis untuk mengembalikan pola hidup sehat anak.(slv)