KUBUS.ID – Hubungan antara Elon Musk dan Donald Trump kini memasuki babak baru—dan tidak bersahabat. Dari yang sebelumnya saling memuji dan bekerja sama, keduanya kini terlibat perang terbuka di media sosial yang berdampak hingga ke pasar saham.
Ketegangan memuncak setelah Elon Musk mundur dari jabatan Kepala Department of Government Efficiency (DOGE) pada 30 Mei 2025. Jabatan itu diberikan Trump sebagai bentuk penghargaan atas dukungan Musk selama kampanye presiden. Saat mengundurkan diri, Musk menyatakan akan tetap menjadi “teman dan penasihat” Trump. Namun, hanya dalam hitungan hari, hubungan keduanya berubah drastis.
Pemicu Konflik: RUU “One Big Beautiful Bill” (BBB)
Melansir Kompas.com, pemicunya adalah Rancangan Undang-Undang (RUU) “One Big Beautiful Bill” yang diajukan Trump ke Kongres. RUU ini digadang-gadang sebagai reformasi besar-besaran di bidang ekonomi, sosial, lingkungan, hingga pertahanan, dengan klaim penghematan anggaran negara sebesar 1,6 triliun dolar AS.
Namun bagi Musk, BBB bukan solusi, melainkan bencana fiskal. Pada 3 Juni, Musk secara terbuka menyebut RUU itu “menjijikkan” dan mengkritik para pendukungnya sebagai “tak tahu malu”. Kritik itu berlanjut di platform X, di mana Musk menilai BBB sebagai kebijakan terburuk selama dirinya menjabat di DOGE.
Trump tak tinggal diam. Melalui Truth Social, ia menyindir pengunduran diri Musk dan menyebut sang miliarder sebenarnya mengetahui isi RUU. Musk membalas dengan menyatakan dirinya tidak pernah diberi akses dokumen resmi BBB, memperkeruh suasana.
Saling Serang, Ancaman, dan Dampak ke Pasar
Ketegangan memuncak pada 5 Juni saat Musk menyebut BBB sebagai “Slim Ugly Bill” dan menyindir Trump sebagai pemimpin yang “tidak tahu berterima kasih”. Ia bahkan menyatakan tanpa dukungannya, Trump tak akan pernah kembali ke Gedung Putih.
Trump kemudian melontarkan serangan personal: menyebut Musk “gila”, menudingnya menggunakan ketamin sebagai pemicu ledakan emosional, dan mengancam mencabut subsidi pemerintah untuk Tesla dan SpaceX. Musk mengakui pernah menggunakan ketamin untuk mengatasi stres, namun membantah klaim Trump.
Di tengah kekisruhan, Musk sempat mengancam akan menghentikan misi SpaceX Dragon yang tengah mengangkut astronot NASA. Ancaman itu ia tarik kembali keesokan harinya.
Tak hanya itu, Musk juga melempar wacana pembentukan partai politik baru sebagai wadah bagi pemilih yang kecewa pada Partai Republik dan Demokrat. Sementara Trump tetap ngotot mendorong pengesahan RUU BBB, dengan peringatan bahwa tanpa RUU itu, pajak akan melonjak hingga 68% dan ekonomi AS bisa kolaps.
Pasar Panas, Saham Tesla Terguncang
Dampak nyata perseteruan ini langsung terasa di pasar saham. Harga saham Tesla anjlok tajam dari 342 dolar menjadi 295 dolar hanya dalam tiga hari. Sebagai bentuk protes, Trump dikabarkan ingin menjual mobil Tesla miliknya yang baru dibeli beberapa bulan lalu.
Hingga 6 Juni, tensi mulai mereda, tetapi Trump menegaskan tidak ingin lagi berbicara dengan Musk, bahkan menyebutnya sebagai sosok “kasihan” yang memiliki “masalah serius”.
Pertarungan Dua Ego Besar, Dampaknya Nyata
Perseteruan Elon Musk dan Donald Trump bukan sekadar drama antar elite, tapi cerminan betapa rentannya kebijakan nasional terhadap dinamika personal para tokoh utamanya. Dari arena politik hingga pasar saham, publik kini menyaksikan bagaimana dua tokoh paling berpengaruh di Amerika bertransformasi dari mitra strategis menjadi rival yang saling serang di ruang publik. (adr)