
KUBUS.ID – Maraknya aksi penipuan daring yang terus memakan korban menjadi atensi berbagai pihak. Bahkan saat ini perlaku penipuan daring mulai masuk ke ranah psikologi korbannya untuk bisa diambil manfaat.
Dr. Miftakhul Jannah, S.Psi., M.Si., Psikolog dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), menyoroti pentingnya kesadaran diri (red. awareness) sebagai benteng utama.
Utamanya terhadap penipuan daring dengan modus grooming psikologis yang kerap tak terdeteksi oleh korbannya hingga akhirnya sadar saat sudah dirugikan.
Menurut Dr. Miftakhul Jannah, metode grooming bekerja dengan cara menyentuh sisi psikologis korban secara perlahan.
Pelaku memahami kebutuhan emosional atau rasa kasih sayang, lalu membangun afeksi hingga mengikis logika dan menurunkan kewaspadaan diri.
“Pola ini sangat realistis dan nyaris tanpa disadari oleh korban, layaknya memposisikan korban agar tak menyadari bahwa dirinya sedang dijebak,” kata Mifta.
Menurut Mifta, awareness atau kesadaran menjadi fondasi utama agar tidak menjadi korban dengan terus menerapkan pola pikir kritis dan rasional.
Hal itu dilakukan agar seseorang bisa menahan dampak dari sentuhan sosial emosional yang dilakukan oleh penipu.
Mifta menegaskan tanpa fondasi itu, orang lebih mudah terbawa emosi dan kehilangan kontrol dalam berpikir logis.
Sebab penipu tak hanya bermain di bidang emosi, mereka juga memanfaatkan faktor sosial seperti kebutuhan untuk diterima, dibantu, atau dihargai.
Psikologi Grooming bisa terjadi melalui media sosial, chat, atau komunikasi daring lain yang membuat korban termotivasi untuk memenuhi keinginan si penipu, salah satunya transfer uang.
“Banyak korban menyalahkan diri sendiri saat masuk dalam modus ini, padahal tekanan psikologis yang sudah terbentuk justru perlu menjadi perhatian keluarga sekitar,” pungkasnya. (far)