KUBUS.ID – Isu mengenai ijazah Presiden ke-7 Joko Widodo yang diduga palsu kembali menggema di media sosial. Kali ini, analisis tersebut disampaikan oleh Rismon Hasiholan Sianipar, seorang mantan dosen Universitas Mataram. Ia meragukan keaslian ijazah dan skripsi Jokowi yang lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1985, dengan mencuatkan argumen terkait font yang digunakan dalam dokumen tersebut.
Rismon menilai font Times New Roman yang tertera di lembar pengesahan dan sampul skripsi Jokowi tidak sesuai dengan zaman tersebut. Ia berpendapat bahwa font tersebut baru ada setelah peluncuran Windows versi 3.1 pada 1992, yang mana jauh setelah tanggal ijazah Jokowi diterbitkan pada 1985.
UGM Tegaskan Ijazah Jokowi Asli
Menanggapi hal ini, Dekan Fakultas Kehutanan UGM, Sigit Sunarta, dengan tegas membantah tuduhan tersebut. Ia menyayangkan pernyataan Rismon yang dianggap menyebarkan informasi tidak akurat. Menurut Sigit, di era 1980-an, sudah ada mesin ketik dan percetakan yang menggunakan font serupa dengan Times New Roman. Sampul dan lembar pengesahan skripsi Jokowi memang dicetak di percetakan, namun isi skripsi sendiri ditulis dengan mesin ketik.
“Kita sangat menyesalkan informasi menyesatkan yang disampaikan oleh seorang dosen yang seharusnya bisa mencerahkan dan mendidik masyarakat dengan informasi yang bermanfaat,” kata Sigit, Jumat (21/3), seperti dilansir laman resmi kampus, ugm.ac.id.
Sigit juga menjelaskan bahwa penomoran ijazah pada waktu itu, yang hanya menggunakan angka tanpa klaster, adalah kebijakan Fakultas Kehutanan yang belum diseragamkan dengan universitas. Ia menegaskan, ijazah Jokowi adalah asli dan sah dikeluarkan oleh UGM.
Teman Seangkatan Bongkar Fakta
Frono Jiwo, teman seangkatan Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM, juga angkat bicara. Ia mengonfirmasi bahwa pada masa itu, mahasiswa memang menulis skripsi dengan mesin ketik, sementara sampul dan lembar pengesahan umumnya dicetak di percetakan. Frono bahkan menunjukkan bahwa ijazahnya, yang memiliki desain serupa dengan ijazah Jokowi, hanya berbeda pada nomor kelulusan.
“Kami seangkatan dengan Pak Jokowi, masuk tahun 1980,” kata dia.
Soal ijazah, Frono mengaku tampilan ijazahnya sama dengan Jokowi. Ijazahnya juga menggunakan font yang sama, ditandatangani oleh Rektor Prof. T Jacob dan Dekan Prof Soenardi Prawirohatmodjo. Hanya saja yang berbeda dari nomor kelulusan. “Ijazah saya bisa dibandingkan dengan ijazahnya Pak Jokowi. Semua sama kecuali nomor kelulusan ijazah dari Universitas dan Fakultas,” ujarnya.
Pakar Hukum: Tuduhan Pemalsuan Sangat Lemah
Pakar hukum pidana dari UGM, Marcus Priyo Gunarto, menilai tuduhan pemalsuan ijazah Jokowi sangat lemah. Marcus menjelaskan, untuk membuktikan pemalsuan, harus ada bukti bahwa dokumen tersebut memang sengaja dibuat palsu. Dengan banyaknya data pendukung dari Fakultas Kehutanan UGM yang menunjukkan bahwa Jokowi benar-benar kuliah dan lulus dengan sah, tuduhan ini dinilai tidak berdasar.
“Yang bersangkutan pernah wisuda, dan ada berita acara yang menunjukkan peristiwa tersebut, maka ijazah memang pernah ada. Bisa dibuktikan dan dapat ditemukan di Fakultas Kehutanan,” katanya.
Marcus juga menyesalkan masih ada pihak yang melontarkan isu dan menuduh bahwa UGM melindungi Jokowi terkait kepemilikan ijazah dan skripsi palsu. Tuduhan tersebut dianggapnya keliru. “Jika kemudian ada dugaan bahwa UGM melakukan perlindungan atau perbuatan seolah-olah hanya untuk kepentingan Joko Widodo, itu sangat salah dan gegabah,” ujarnya.
Sejarah Isu Ijazah Palsu Jokowi
Isu serupa pernah muncul pada 2022, ketika Bambang Tri menggugat Jokowi ke pengadilan dengan tuduhan menggunakan ijazah palsu dalam pencalonannya pada Pilpres 2019. Namun, gugatan tersebut akhirnya dicabut dan Bambang malah dihukum atas tuduhan ujaran kebencian.(adr)