KUBUS.ID – Idul Adha selalu dinantikan bukan hanya karena nilai religiusnya, tapi juga karena beragam olahan daging kurban yang menggoda selera. Sate, gulai, tongseng, dan berbagai sajian lainnya biasanya menghiasi meja makan sepanjang hari. Tapi, bolehkah momen ini dijadikan alasan untuk makan sepuasnya?
Makan Secukupnya, Bukan Sampai Kenyang
Menurut dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(K), Ketua Junior Doctors Network (JDN) Indonesia, menjaga kendali saat makan tetap penting meskipun sedang merayakan hari besar. Ia mengingatkan prinsip makan dalam Islam: makan saat lapar dan berhenti sebelum kenyang. Pola ini bukan hanya sesuai ajaran agama, tetapi juga mencegah berbagai masalah kesehatan seperti gangguan pencernaan, gula darah tinggi, dan rasa begah setelah makan.
Pahami Sinyal Tubuh, Jangan Ikuti Nafsu Makan
Dalam suasana penuh hidangan lezat, kita sering makan bukan karena lapar, tapi karena tergoda aroma dan tampilan makanan. Padahal, makan tanpa rasa lapar bisa menyebabkan asupan energi berlebihan. Cara mengatasinya, cukup dengarkan sinyal tubuh: berhenti sebelum terlalu kenyang, dan minum air putih terlebih dahulu untuk menekan nafsu makan.
Rayakan dengan Berbagi, Bukan “Balas Dendam” Makan
Idul Adha adalah momen berbagi, bukan ajang pelampiasan makan daging sepuasnya. Bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, atau asam urat, kontrol makan menjadi lebih penting lagi. Hindari konsumsi jeroan dan bagian daging berlemak, serta tetap patuhi aturan pengobatan dari dokter.
Maknai Kesehatan sebagai Ibadah
Menjaga pola makan sehat saat Idul Adha bukan berarti mengurangi rasa syukur, tapi justru bagian dari rasa syukur itu sendiri. Nikmati hidangan daging kurban dalam porsi yang wajar, pilih cara memasak yang lebih sehat seperti dibakar tanpa lemak berlebih atau direbus, dan jaga keseimbangan gizi dalam setiap sajian.
Sumber: kompas.com