Beranda Kediri Raya Kecanduan Konten Medsos Bisa jadi Gejala Brain Rot, Miliki Dampak Serius bagi...

Kecanduan Konten Medsos Bisa jadi Gejala Brain Rot, Miliki Dampak Serius bagi Perkembangan Anak

0
Hujjatullah Fazlurrahman, Korprodi Bisnis Digital Universitas Negeri Surabaya (UNESA). (Foto. Redaksi)

KUBUS.ID – Di tengah meningkatnya konsumsi konten media sosial, fenomena ‘brain rot’ akibat paparan konten absurd dan berkualitas rendah menjadi sorotan publik, khususnya kalangan pendidik dan pakar kesehatan mental. Istilah ini merujuk pada kondisi menurunnya kemampuan berpikir, daya konsentrasi, hingga gangguan memori akibat terlalu sering mengkonsumsi konten digital yang tidak mendidik.

Hujjatullah Fazlurrahman, S.E. M.B.A Koordinator Program Studi Bisnis Digital Universitas Negeri Surabaya (UNESA), menilai fenomena ini patut menjadi perhatian serius, terutama bagi generasi muda yang sangat dekat dengan gawai dan media sosial.

Secara kognitif, paparan konten berulang yang tidak berkualitas bisa mengganggu konsentrasi. Memori jangka pendek juga akan terganggu. Jika dibiarkan dalam jangka panjang, hal itu akan berdampak pada melemahkan kemampuan berpikir kritis.

Menurut Hujjatullah salah satu dampak yang kini mulai terlihat jelas adalah meningkatnya kasus speech delay atau keterlambatan bicara pada anak-anak yang terlalu sering terpapar gawai sejak usia dini.

“Ini adalah contoh paling kentara. Anak-anak yang terlalu lama dibiarkan bermain gawai tanpa pendampingan bisa mengalami hambatan komunikasi yang serius,” tegasnya.

Untuk mengatasi dan mencegah fenomena ini, Hujjatullah merekomendasikan beberapa langkah strategis, di antaranya adalah pengelolaan screen time, khususnya pada anak-anak usia dini. Pengawasan dari orang tua dan pembimbing menjadi sangat penting dalam menentukan jenis dan durasi paparan media digital.

Selain itu, ia juga mendorong diterapkannya pengajaran literasi digital sejak usia sekolah. Menurutnya, anak-anak perlu diajarkan cara membedakan informasi yang bermanfaat dan yang tidak, sehingga kelak dapat menjadi pengguna teknologi yang cerdas dan kritis.

“Tanpa literasi digital yang baik, anak-anak akan mudah terjebak dalam konsumsi konten tidak bermutu. Ini akan berdampak jangka panjang pada cara mereka menyikapi informasi dan mengambil keputusan saat dewasa,” jelasnya.

Tak hanya itu, Hujjatullah juga mengimbau adanya regulasi tegas di lingkungan sekolah, seperti larangan penggunaan gawai di dalam kelas, sebagai upaya menciptakan ruang belajar yang sehat secara mental dan kognitif.

Gawai memang alat bantu, tapi jika digunakan tanpa batasan, justru akan merusak fokus dan kesehatan mental. Sudah saatnya sekolah juga berperan aktif dalam mengontrol penggunaan teknologi di lingkungan belajar.

Fenomena brain rot kini menjadi tantangan nyata di era digital. Oleh karena itu, ia mengingatkan pentingnya kolaborasi antara orang tua, pendidik, dan pemerintah dalam membentuk generasi yang tidak hanya cakap teknologi, tetapi juga sehat secara mental dan berpikir kritis. (far)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini