KUBUS.ID – Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan, umat Islam kini memasuki bulan Syawal. Di bulan yang penuh keberkahan ini, ada satu amalan sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW, yaitu puasa enam hari di bulan Syawal, yang dikenal dengan puasa Syawal.
Anjuran tersebut berdasarkan hadits:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: “Sungguh Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Muslim no 1164)
Melansir MUI Digital, Jumat (11/4), menurut pendapat ulama dari Madzhab Imam Syafi’i, Imam Ahmad, dan lainnya, puasa Syawal sangat dianjurkan dilakukan mulai hari kedua setelah Idul Fitri, yakni pada tanggal 2 hingga 7 Syawal secara berurutan. Namun, bila seseorang memiliki kendala atau ingin menjalankannya secara terpisah, tidak berurutan, atau bahkan baru sempat di akhir bulan, tetap diperbolehkan dan tetap mendapat pahala. (Lihat: al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, Juz 6, hlm. 379)
Niat Menjadi Kunci Utama dalam Ibadah Puasa
Seperti halnya ibadah lainnya, puasa Syawal harus diawali dengan niat yang tulus. Sesuai sabda Nabi Muhammad SAW, keabsahan suatu ibadah sangat tergantung pada niatnya.
Adapun niat puasa Syawal dengan ketentuan sebagai berkut:
Pertama, bagi orang yang hendak melafalkannya sejak malam hari mula serta berurutan selama enam hari, adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سِتَّةٍ مِنْ شَوَّالٍ للهِ تعالى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adai sittatin min syawwal lillahi ta’ala
Artinya, “Saya niat puasa pada esok hari untuk menunaikan puasa sunah enam hari dari bulan Syawal karena Allah Ta’ala.”
Kedua, sementara bagi orang yang hendak melafalkan niat sedari malam tapi tidak secara berurutan, lafal niatnya sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ للهِ تعالى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adaa’i sunnatis Syawwal lillaahi ta‘ala.
Artinya, “Aku berniat puasa sunnah Syawal esok hari karena Allah SWT.”
Ketiga, bagi orang yang baru ingin berpuasa saat itu juga, sebab misalnya dia belum makan dan minum, padahal waktu sudah siang, adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ الشَّوَّالِ لللهِ تعالى
Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an adaa’i sunnatis Syawwaal lillaahi ta‘ala.
Artinya, “Aku berniat puasa sunah Syawal hari ini karena Allah SWT.”
Meskipun niat cukup diucapkan dalam hati, para ulama menganjurkan untuk melafalkannya secara lisan agar lebih mantap. Berbeda dengan puasa wajib seperti di bulan Ramadhan yang mewajibkan niat sejak malam hari, puasa sunnah Syawal boleh diniatkan sejak pagi, selama belum makan dan minum setelah waktu subuh.
Manfaat Besar di Balik Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan yang luar biasa. Dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun.”
Amalan ini bukan hanya sebagai bentuk rasa syukur setelah Ramadhan, tetapi juga menjadi jalan untuk terus mendekatkan diri kepada Allah SWT di luar bulan suci.
Mari manfaatkan momen Syawal ini dengan memperbanyak amal sunnah, termasuk puasa enam hari. Semoga kita semua diberikan kekuatan dan keistiqamahan dalam menjalankannya.(adr)