KUBUS.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkomitmen terus memerangi praktik kejahatan keuangan siber (financial cyber crime) di Indonesia. OJK mencatat, hingga akhir April 2025 total kerugian dana korban penipuan keuangan atau korban scam yang telah dilaporkan mencapai Rp2,1 triliun, dengan total dana korban yang sudah diblokir sebesar Rp138,9 miliar.
Ismirani Saputri Kepala OJK Kediri mengatakan, sebagai wujud keseriusan perang terhadap kejahatan keuangan siber, OJK bersama Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal (Satgas PASTI) didukung oleh asosiasi industri perbankan dan sistem pembayaran, telah membentuk Indonesia Anti-Scam Centre (IASC).
“Tujuannya, IASC akan terus meningkatkan kapasitasnya mempercepat penanganan kasus penipuan di sektor keuangan,” tutur Ismirani Saputri dalam forum Media Update OJK Kediri bersama awak media di Toneeto’s Cafe Kediri, Jumat (23/5) sore. Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Adnan Raharja, Pimpinan Redaksi ANDIKA Media.
Sejauh ini, kata Ismi, jumlah rekening yang dilaporkan terkait scam sebanyak sekitar 172.000 dan jumlah rekening yang sudah diblokir sebanyak 42.000 lebih. Untuk itu OJK mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap berbagai praktik kejahatan keuangan di dunia maya. Untuk aduan atau laporan masyarakat, bisa menghubungi kontak OJK 157, WhatsApp 081 157 157 157, dan email: [email protected].
Sektor Perbankan Menunjukkan Pertumbuhan Positif
Dalam kesempatan itu, Ismirani Saputri Kepala OJK Kediri juga menyampaikan update perkembangan industri jasa keuangan di wilayah kerja OJK Kediri triwulan I 2025 dan rangkaian kegiatan edukasi keuangan yang telah dilaksanakan.
“Sektor Perbankan menunjukkan pertumbuhan positif, baik dari sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana,” kata Ismi.
Kredit perbankan di wilayah OJK Kediri posisi Maret 2025 tumbuh 3,17 persen (YoY) menjadi sebesar Rp88,52 triliun yang didominasi oleh penyaluran kredit pada UMKM sebanyak 61,34 persen dari total kredit.
Penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah kerja OJK Kediri masih didominasi kepada tiga sektor ekonomi utama yaitu Perdagangan Besar dan Eceran sebesar 25,69 persen, Bukan Lapangan Usaha Rumah Tangga (kepemilikan rumah, kepemilikanflatatau apartemen, kepemilikan ruko atau rukan, kepemilikan kendaraan bermotor, dan kepemilikan peralatan rumah tangga) sebesar 23,33 persen, dan Industri Pengolahan sebesar 15,49 persen. Kualitas kredit atau pembiayaan yang disalurkan sektor perbankan masih terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,63 persen.
Kegiatan Literasi dan Inklusi Keuangan
OJK Kediri terus mendorong penguatan literasi dan inklusi keuangan melalui program kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak. Program tersebut dilaksanakan melalui edukasi keuangan secara tatap muka, daring, maupun kampanye melalui media sosial dan media massa, serta beragam kegiatan sosial lainnya.
“Sampai dengan bulan Mei 2025, OJK Kediri telah melaksanakan 39 kegiatan edukasi untuk masyarakat,” kata Ismi.
Salah satu di antaranya, yang baru saja dirilis yaitu kick off Bulan Literasi Keuangan bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri dan PT Pegadaian (Persero) melalui program edukasi “Sahabat Ibu Cakap Literasi Keuangan (SICANTIK)” yang diikuti oleh ibu-ibu se-Kabupaten Kediri sebanyak 585 orang, pada Rabu (21/5) di Pendopo Panjalu Jayati Pemkab Kediri.(adr)