KUBUS.ID – Pasca insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, sebanyak 15 kapal di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, dihentikan operasionalnya sementara. Keputusan ini menimbulkan berbagai tanggapan, termasuk dari pakar transportasi dan dosen Teknik Sipil Universitas Widyagama Malang, Prof. Dr. Ir. Aji Suraji, S.T., M.Sc.
Menurut Prof. Aji, penghentian operasional kapal merupakan langkah yang dapat dimengerti karena adanya kekhawatiran akan terulangnya kecelakaan serupa. Namun, ia menekankan pentingnya evaluasi yang menyeluruh ketimbang penghentian total tanpa dasar teknis yang jelas.
“Kalau secara mesin dan fasilitas sudah aman, yaa tidak perlu dihentikan. Yang penting itu kontrol dan audit secara berkala. Kejadian ini justru bisa menjadi pelajaran berharga bagi pengelola pelabuhan,” ujar Prof. Aji.
Sebelumnya, KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam karena pintu ruang mesin yang terbuka, sehingga air laut masuk akibat ombak tinggi. Hal ini membuat kapal miring dan akhirnya tenggelam. Prof. Aji menilai, insiden ini menunjukkan lemahnya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) oleh awak kapal.
“Secara teknis, sebenarnya ada SOP. Tapi kalau awak kapal tidak mampu menjalankannya, itu fatal. Artinya aspek SDM juga harus jadi perhatian serius,” tegasnya.
Ia juga menyarankan agar Kementerian Perhubungan melakukan inspeksi mendadak atau random check terhadap kapal-kapal yang beroperasi di jalur Ketapang-Gilimanuk. Selain itu, pengelola pelabuhan diminta untuk tidak hanya fokus pada pemeriksaan teknis (ramp check), tetapi juga pengawasan secara menyeluruh.
“Supervisor di lapangan harus lebih tegas. Cuaca sekarang kurang bersahabat. Kapal harus benar-benar disiapkan secara prima,” imbuhnya.
Untuk mengatasi gangguan arus penyeberangan akibat penghentian kapal, Prof. Aji mengusulkan agar kapal-kapal cadangan dari Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dapat dialihkan sementara ke Ketapang. “Itu solusi jangka pendek agar sirkulasi logistik dan penumpang tidak terhambat. Pemerintah seharusnya turun tangan dalam hal ini,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa kejadian ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan keselamatan transportasi laut di Indonesia.
“Jangan sampai ada korban berikutnya. Kalau sampai itu terjadi lagi, pengelola bisa dianggap gagal total,” tandasnya.(slv)