
KUBUS.ID – Peringati Hari Keadilan Ekologis yang jatuh setiap tanggal 20 September, Ekstrakurikuler Siswa Pecinta Alam (Sispala) SMKN 1 Ngasem bersama Forum Kali Brantas menggelar aksi lingkungan bertajuk Besuk DAS Brantas di Kali Tulungrejo, Kampung Inggris, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Mengusung tema Alam Sebagai Pengikat Kebersamaan dan Kekuatan aksi ini diikuti oleh 120 peserta yang terdiri dari siswa, relawan, dan warga sekitar. Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan inisiatif generasi muda dalam pelestarian sungai, mendorong pengendalian pencemaran secara serius, serta menginspirasi gaya hidup baru yang lebih selaras dengan alam.
Ketua pelaksana kegiatan, Rahmania Alfani Tis’atun menjelaskan bahwa Besuk DAS Brantas merupakan rangkaian dari kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) Sispala yang berkonsep zero waste.
“Harapannya, Sispala benar-benar mencintai alam sepenuhnya, bukan hanya menjadi penikmat yang berpotensi merusak,” ujarnya.
Kali Tulungrejo dipilih karena berada di kawasan Kampung Inggris, salah satu destinasi belajar populer di Indonesia. Namun ironisnya, sungai yang seharusnya menjadi ruang publik yang asri, justru dipenuhi oleh sampah.
“Bau sekali, bahkan dapat mengundang berbagai bakteri, virus, dan parasit,” ungkap salah satu peserta.
Aksi diawali dengan clean up sepanjang 100 meter bantaran dan badan sungai. Hasilnya, sekitar 480 kilogram sampah berhasil dikumpulkan, didominasi oleh plastik kresek, styrofoam, pakaian bekas, hingga popok sekali pakai.
Widya Arum Crystiari dari Forum Kali Brantas menegaskan pentingnya tanggung jawab produsen atas sampah yang dihasilkan. Sampah plastik merupakan beban sungai. Produsen yang paling banyak mencemari harus bertanggung jawab, sesuai amanat UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 15 tentang Pengelolaan Sampah.
Kegiatan ditutup dengan monitoring kualitas air yang menunjukkan bahwa kandungan fosfat mencapai 1,8 ppm, melebihi baku mutu sungai berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021. Kelebihan fosfat ini berpotensi menyebabkan ledakan pertumbuhan alga (algal bloom), yang dapat merusak ekosistem air, mempercepat pendangkalan, dan berdampak negatif pada kesehatan manusia.
“Terima kasih banyak anak muda, sudah membantu membersihkan sungai kami. Semoga pemerintah segera turun tangan, salah satunya dengan membentuk perda pembatasan plastik sekali pakai,” ujarnya. (atc)