Beranda Gaya Hidup Saat Rumah Terasa Kosong: Memahami Empty Nest Syndrome pada Orangtua

Saat Rumah Terasa Kosong: Memahami Empty Nest Syndrome pada Orangtua

1537

KUBUS.ID – Seiring bertambahnya usia anak-anak, momen ketika mereka akhirnya pergi merantau, menikah, atau hidup mandiri kerap menjadi fase emosional yang cukup berat bagi orangtua. Rumah yang dulunya ramai dengan aktivitas anak-anak, tiba-tiba menjadi sunyi. Banyak orangtua mengalami perasaan hampa, sepi, bahkan kehilangan arah—kondisi ini dikenal dengan istilah Empty Nest Syndrome.

Apa Itu Empty Nest Syndrome?

Menurut psikolog klinis dewasa, Syaikha Nabila, M.Psi., Psikolog, Empty Nest Syndrome adalah respons emosional yang muncul ketika anak-anak telah dewasa dan meninggalkan rumah. Kondisi ini biasanya terjadi tanpa disadari dan sering dialami para orangtua di usia lanjut.

Meski bukan gangguan psikologis yang didiagnosis secara klinis, Empty Nest Syndrome bisa sangat berdampak pada kehidupan mental dan emosional. Rasa kehilangan yang mendalam muncul karena orangtua merasa peran utama mereka sebagai pengasuh berakhir, sehingga memicu krisis identitas atau hilangnya tujuan hidup.

Dampak Empty Nest Syndrome pada Lansia

Rasa sepi yang datang perlahan dapat memengaruhi kondisi psikologis orangtua, terutama lansia. Menurut Syaikha, sindrom ini dapat menimbulkan berbagai gejala seperti:

  • Kesedihan berkepanjangan
  • Menurunnya motivasi menjalani aktivitas
  • Kecemasan berlebihan
  • Gejala depresi ringan hingga berat

Beberapa lansia bahkan mulai mempertanyakan kembali nilai diri mereka, merasa tidak lagi dibutuhkan, atau merasa kehilangan kendali atas kehidupan keluarga. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi masalah kesehatan mental yang lebih serius.

Bagaimana Mengatasinya?

Dukungan sosial adalah kunci utama untuk membantu orangtua menghadapi fase ini. Hubungan yang sehat dengan pasangan, teman sebaya, atau komunitas di lingkungan sekitar dapat memberi rasa hangat dan makna baru dalam hidup.

Syaikha menyarankan beberapa langkah untuk mengurangi rasa hampa yang muncul:

  • Mengikuti kegiatan sosial seperti pengajian, arisan, atau komunitas lansia
  • Menyibukkan diri dengan hobi yang sempat tertunda
  • Terlibat dalam kegiatan sukarela atau kegiatan keagamaan
  • Membangun kembali rutinitas bersama pasangan

Dalam beberapa kasus, ada orangtua yang memilih tinggal di panti jompo bukan karena ditinggalkan anak, tetapi karena ingin kembali mendapatkan lingkungan sosial yang aktif dan menyenangkan. Di tempat tersebut, mereka bisa bertemu teman sebaya, berpartisipasi dalam berbagai aktivitas, dan merasa dihargai kembali sebagai individu.

Perluas Makna Peran Orangtua

Empty Nest Syndrome sebenarnya adalah momen transisi. Anak-anak memang tumbuh dan akhirnya terbang dari sarangnya, tapi bukan berarti cinta dan peran orangtua berakhir. Peran itu hanya bergeser—dari yang semula mendampingi setiap hari, menjadi pendukung dari kejauhan.

Dengan kesadaran dan dukungan yang tepat, masa setelah anak-anak mandiri bisa menjadi fase hidup yang tetap bermakna, penuh koneksi, dan kesempatan untuk tumbuh—bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk orangtua. (thw)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini