Beranda Gaya Hidup Situasi Politik Tidak Kondusif Bikin Masyarakat Mudah Emosional, Begini Kata Psikolog

Situasi Politik Tidak Kondusif Bikin Masyarakat Mudah Emosional, Begini Kata Psikolog

3

KUBUS.ID – Ketidakstabilan kondisi politik dan maraknya kasus korupsi di Indonesia ternyata tidak hanya berdampak pada aspek pemerintahan, tetapi juga pada kesehatan mental masyarakat. Banyak orang kini merasa lebih mudah tersinggung, cepat marah, dan rentan mengalami kecemasan. Hal ini dianggap sebagai respon psikologis alami ketika berada dalam situasi negara yang tidak kondusif.

Menurut psikolog klinis dari Santosha.id, Ayu Rahmawati Tirto, M.Psi., meningkatnya emosi masyarakat merupakan efek tidak langsung dari demonstrasi berkepanjangan yang terjadi sejak Senin (25/8/2025). Meskipun tidak semua orang ikut turun ke jalan, gelombang aksi tersebut tetap menimbulkan dampak psikologis luas.

Efek Domino dari Informasi yang Mengalir Tanpa Henti

Ayu menjelaskan, masyarakat yang tidak ikut aksi demonstrasi tetap bisa merasakan tekanan emosional hanya dengan membaca berita atau melihat tayangan di media sosial. Arus informasi yang deras, terutama yang bernuansa konflik dan ketidakpastian, membuat banyak orang merasa khawatir.

“Paparan informasi yang terus-menerus bisa menimbulkan perasaan cemas, takut, bingung, marah, hingga kecewa. Emosi itu kemudian terbawa ke aktivitas sehari-hari. Misalnya, seseorang jadi tidak fokus saat bekerja atau mudah meluapkan amarah pada orang lain,” jelasnya.

Dalam psikologi, kondisi ini disebut sebagai emotional contagion atau penularan emosi. Saat orang terus-menerus melihat ekspresi kemarahan atau kekhawatiran, secara tidak sadar mereka ikut merasakannya.

Mengapa Wajar Jika Jadi Lebih Emosional?

Menurut Ayu, rasa emosional yang meningkat dalam kondisi negara tidak stabil sangatlah wajar. Otak manusia dirancang untuk mendeteksi ancaman. Ketika melihat tanda-tanda ketidakpastian politik, konflik, dan korupsi, otak merespons seolah-olah itu ancaman nyata terhadap keselamatan diri dan keluarga.

Hal ini kemudian memicu overthinking terhadap berbagai aspek kehidupan—mulai dari masa depan pekerjaan, kondisi ekonomi, hingga kesejahteraan keluarga. Akibatnya, banyak orang lebih mudah marah, tersinggung, dan sulit mengendalikan emosi meskipun hanya dipicu oleh hal kecil.

Hati-Hati, Hubungan Personal Bisa Terganggu

Salah satu risiko besar dari kondisi emosional yang tidak stabil adalah terganggunya hubungan personal. Misalnya, seseorang bisa merasa kesal kepada teman atau keluarga padahal hubungan sebelumnya baik-baik saja.

“Apabila salah satu orang terdekat sering membicarakan situasi politik terkini atau membagikan informasi soal aksi demonstrasi, itu bisa menjadi pemicu tambahan bagi seseorang yang sedang rentan. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya jaga jarak sementara waktu agar emosi tidak semakin tersulut,” kata Ayu.

Jika dibiarkan, masalah ini bisa memunculkan konflik baru dalam keluarga maupun pertemanan. Padahal, dalam kondisi penuh ketidakpastian, dukungan sosial justru sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas mental.

Cara Mengelola Emosi di Tengah Situasi Negara Tidak Kondusif

Ayu juga memberikan beberapa langkah praktis agar masyarakat bisa menjaga kesehatan mental meski situasi negara sedang tidak kondusif:

  1. Batasi konsumsi berita – Terlalu banyak membaca atau menonton berita tentang konflik politik hanya akan memperburuk kecemasan. Pilih sumber informasi yang kredibel dan cukup membatasi waktu akses.
  2. Kelola stres dengan aktivitas positif – Olahraga, meditasi, journaling, atau sekadar berjalan-jalan bisa membantu menenangkan pikiran.
  3. Bangun rutinitas sehat – Tidur cukup, makan bergizi, dan menjaga pola hidup seimbang agar tubuh tetap fit.
  4. Pilih lingkungan yang mendukung – Jika ada orang di sekitar yang terlalu sering membicarakan politik dengan nada negatif, tidak ada salahnya menjaga jarak sementara.
  5. Cari bantuan profesional bila perlu – Jika emosi semakin sulit dikendalikan, konsultasi dengan psikolog bisa menjadi solusi untuk menjaga keseimbangan mental.

Situasi negara yang tidak kondusif memang bisa memberikan dampak luas, termasuk pada kesehatan mental masyarakat. Emosi yang meningkat, rasa cemas, hingga overthinking adalah reaksi alami tubuh terhadap ancaman dan ketidakpastian. Namun, dengan mengelola stres, membatasi paparan informasi negatif, dan menjaga hubungan sehat, masyarakat tetap bisa menghadapi kondisi sulit ini tanpa kehilangan kendali atas diri mereka sendiri.

Source: kompas.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini