KUBUS.ID – Tekanan darah tinggi atau hipertensi kerap disebut sebagai “silent killer” karena sering muncul tanpa gejala jelas, namun bisa menimbulkan dampak serius dalam jangka panjang. Selama ini, makanan asin atau tinggi garam selalu dituding sebagai penyebab utamanya. Padahal, ada banyak faktor lain yang diam-diam dapat membuat tekanan darah melonjak.
Konsumsi garam berlebihan memang terbukti menyebabkan tubuh menahan cairan, sehingga meningkatkan beban kerja jantung dan pembuluh darah. Namun, mengurangi garam saja tidak cukup. Beberapa kebiasaan harian maupun kondisi tertentu ternyata juga bisa menjadi pemicu yang tidak kalah berbahaya.
Jika dibiarkan, hipertensi dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi, mulai dari kerusakan ginjal, gagal jantung, hingga serangan jantung dan stroke. Karena itu, penting untuk mengenali faktor-faktor tak terduga berikut agar kita bisa lebih waspada.
1. Kesepian dan Rasa Terisolasi
Kesepian bukan hanya perasaan emosional biasa. Studi menunjukkan bahwa rasa terisolasi dari orang lain dapat memengaruhi kesehatan fisik, termasuk tekanan darah. Bahkan, orang yang merasa paling kesepian dilaporkan mengalami kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 14 poin hanya dalam waktu empat tahun.
Kesepian membuat seseorang lebih rentan terhadap stres, kekecewaan, dan rasa cemas yang berlebihan. Semua kondisi ini dapat memicu respons tubuh berupa penyempitan pembuluh darah, sehingga tekanan darah meningkat.
Artinya, menjaga hubungan sosial yang sehat tidak hanya penting untuk mental, tapi juga untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah.
2. Nyeri Mendadak
Rasa sakit yang muncul secara tiba-tiba, misalnya akibat cedera ringan, gigitan serangga, atau tersengat listrik kecil, bisa membuat tekanan darah langsung naik. Reaksi ini muncul karena sistem saraf merespons rasa sakit dengan meningkatkan detak jantung dan mempersempit pembuluh darah.
Bahkan dalam eksperimen sederhana, seperti memasukkan tangan ke dalam air es, lonjakan tekanan darah bisa terukur dengan jelas. Walaupun efeknya biasanya hanya berlangsung sebentar, jika nyeri terjadi berulang kali, dampaknya bisa cukup signifikan bagi kesehatan jangka panjang.
3. Suplemen Herbal yang Tak Disangka-Sangka
Banyak orang percaya bahwa suplemen herbal aman karena berasal dari bahan alami. Padahal, tidak semua herbal ramah bagi penderita hipertensi. Beberapa suplemen seperti ginkgo biloba dan ginseng diketahui dapat meningkatkan tekanan darah atau bahkan mengurangi efektivitas obat antihipertensi.
Masalahnya, penggunaan suplemen sering kali tidak diawasi ketat seperti obat medis. Karena itu, jika Anda sedang rutin minum obat, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi suplemen herbal agar tidak menimbulkan efek samping yang merugikan.
4. Menahan Buang Air Kecil
Kebiasaan sederhana ini mungkin dianggap sepele, tetapi penelitian menunjukkan bahwa menunda buang air kecil dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah, meski tidak terlalu besar. Pada perempuan paruh baya, menahan kencing lebih dari tiga jam dapat meningkatkan tekanan darah sistolik rata-rata 4 poin dan diastolik 3 poin.
Efek serupa juga terjadi pada pria dan berbagai kelompok usia. Walaupun kenaikannya kecil, jika kebiasaan ini terus diulang, dampaknya bisa terakumulasi dan memperbesar risiko hipertensi. Jadi, jika tubuh sudah memberi sinyal ingin buang air kecil, sebaiknya segera ke kamar mandi dan jangan ditunda.
5. Dehidrasi
Air adalah komponen vital dalam tubuh. Saat kita kekurangan cairan, tubuh secara otomatis mengaktifkan mekanisme pertahanan. Otak akan memberi sinyal ke kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon yang menyempitkan pembuluh darah. Selain itu, ginjal juga mengurangi produksi urine untuk mempertahankan sisa cairan yang ada.
Kedua mekanisme ini membuat tekanan pada pembuluh darah meningkat, sehingga risiko hipertensi pun bertambah. Karena itu, menjaga asupan cairan tubuh dengan minum cukup air setiap hari sangat penting untuk kesehatan jantung.
6. Berbicara, Apalagi Saat Emosi
Percaya atau tidak, berbicara pun bisa membuat tekanan darah melonjak, terutama jika dilakukan dengan emosi. Penelitian menunjukkan, saat seseorang berbicara—baik dalam kondisi marah, bersemangat, atau bahkan gugup—tekanan darahnya bisa naik beberapa poin dan bertahan selama beberapa menit.
Lonjakan ini bukan karena gerakan mulut, melainkan karena emosi yang menyertai percakapan. Itulah sebabnya, menjaga nada suara dan emosi saat berbicara, terutama ketika berdebat atau berdiskusi, bisa membantu menekan risiko hipertensi.
Hipertensi bukan hanya soal mengurangi garam dalam makanan. Ada banyak pemicu tersembunyi yang mungkin tidak kita sadari dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari kesepian, rasa sakit, hingga kebiasaan kecil seperti menahan buang air kecil.
Mengenali faktor-faktor ini dapat membantu kita lebih waspada dan melakukan pencegahan sederhana. Menjaga hubungan sosial yang sehat, cukup minum air, tidak menahan kencing, serta mengelola stres dan emosi adalah langkah-langkah kecil yang bisa membuat perbedaan besar bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Jadi, mulai sekarang, jangan hanya fokus pada kadar garam di makanan. Waspadai juga pemicu-pemicu kecil yang tak terduga agar tekanan darah tetap terkendali dan risiko penyakit serius bisa dihindari.
Source: cnnindonesia.com