KUBUS.ID – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Tulungagung terus menunjukkan peningkatan seiring dengan masuknya musim hujan. Meskipun fogging sering dianggap sebagai solusi, Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung menegaskan bahwa Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) adalah langkah utama untuk menanggulangi penyakit ini.
Berdasarkan data dari Dinkes Tulungagung, pada bulan Desember 2024 tercatat ada 83 kasus DBD, dan angka ini meningkat menjadi 98 kasus pada bulan Januari 2025. Prediksi puncak kasus DBD diperkirakan akan terjadi pada bulan Maret-April 2025, mengikuti pola tahunan yang sudah terjadi sebelumnya, di mana puncak kasus pada tahun lalu terjadi pada bulan April.
Desi Lusiana Wardhani, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, menjelaskan bahwa meskipun DBD dapat dicegah, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa nyamuk adalah sumber utama penularannya.
“DBD bisa dicegah karena sumber penularannya jelas, yaitu nyamuk Aedes. Berbeda dengan Covid-19 yang ditularkan lewat droplet. Oleh karena itu, kami terus mengimbau masyarakat untuk selalu melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan sekitar,” ujar Desi.
Selain PSN, yang dianggap lebih efektif dalam mencegah penyebaran DBD, Desi juga menegaskan pentingnya penanganan yang tepat dan cepat terhadap pasien DBD.
“Perawatan DBD sangat tergantung pada tingkat kegawatdaruratannya. Jika penanganan tepat, risiko kematian bisa diantisipasi. Kami telah melakukan koordinasi dengan seluruh rumah sakit dan klinik untuk memastikan penanganan pasien DBD sesuai prosedur,” tambah Desi.
Namun, meskipun penanganan medis yang cepat sangat penting, sebagian besar kasus kematian akibat DBD di Tulungagung disebabkan oleh keterlambatan pasien dibawa ke fasilitas kesehatan.
“Sayangnya, beberapa pasien yang meninggal karena DBD terlambat mendapatkan perawatan karena tidak segera dibawa ke fasilitas kesehatan,” ungkap Desi.
Terkait dengan fogging, Desi menegaskan bahwa meskipun fogging bisa membunuh nyamuk dewasa, tindakan ini bukanlah solusi utama.
“Fogging hanya digunakan untuk membunuh nyamuk dewasa, bukan untuk pencegahan. Fogging baru dilakukan ketika terdapat kasus DBD, dan setelah dilakukan analisis epidemiologi, ditemukan adanya sumber nyamuk di radius 100 meter dari lokasi kasus. Jika PSN sudah diterapkan namun masih ada kasus, baru fogging dilakukan,” jelasnya.
Dengan meningkatnya kasus DBD, Dinkes Tulungagung terus mengimbau masyarakat untuk aktif dalam melakukan PSN, yaitu dengan membersihkan tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk, seperti ember, bak mandi, dan pot tanaman yang menampung air.
“Pencegahan melalui PSN adalah cara paling efektif untuk mengurangi angka kasus DBD, terutama di musim hujan seperti sekarang,” tutup Desi.
Pihak Dinkes Tulungagung juga terus mempersiapkan langkah-langkah antisipasi, termasuk peningkatan sosialisasi kepada masyarakat agar mereka lebih sadar akan pentingnya PSN dalam menanggulangi DBD. (nhd)