Beranda Gaya Hidup Saat Pernikahan Tak Lagi Jadi Prioritas Gen Z

Saat Pernikahan Tak Lagi Jadi Prioritas Gen Z

6

KUBUS.ID – Pernikahan dulu dianggap sebagai pencapaian dan tujuan hidup yang harus dilewati setiap orang ketika beranjak dewasa. Namun, kondisi itu mulai berubah. Di era sekarang, banyak Gen Z yang memandang pernikahan bukan lagi sebagai prioritas utama dalam hidup. Mereka tidak terburu-buru menikah, bahkan sebagian memilih untuk tidak menikah sama sekali. Fenomena ini mencerminkan pergeseran nilai, pola pikir, dan tantangan hidup yang berbeda dibanding generasi sebelumnya.

1. Fokus pada Stabilitas dan Kemandirian Diri

Bagi banyak Gen Z, hidup tidak lagi diukur dari cepatnya menikah, melainkan dari seberapa stabil mereka secara mental, emosional, dan finansial.

  • Mereka ingin membangun diri terlebih dahulu.
    Karier, pendidikan, bisnis, dan kesehatan mental menjadi fokus utama sebelum mempertimbangkan komitmen besar seperti pernikahan.
  • Kemandirian menjadi nilai penting.
    Banyak yang ingin merasa “cukup” untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum berbagi hidup dengan orang lain.

2. Tantangan Ekonomi Membentuk Cara Pandang Baru

Realita ekonomi masa kini sangat berbeda dari generasi sebelumnya.

  • Biaya hidup, pendidikan, dan hunian meningkat drastis, membuat Gen Z merasa belum siap menanggung beban finansial keluarga.
  • Gaji yang tidak sebanding dengan biaya hidup membuat banyak anak muda memilih menata keamanan finansial dulu.
  • Biaya pernikahan yang tinggi juga menjadi pertimbangan besar: uang ratusan juta dinilai lebih bermanfaat untuk tabungan atau pengembangan diri.

Pada akhirnya, keputusan untuk menunda atau tidak menikah menjadi bentuk strategi bertahan hidup.

3. Kesadaran Kesehatan Mental yang Semakin Kuat

Gen Z adalah generasi yang lebih terbuka membahas kesehatan mental.

  • Trauma dari keluarga yang tidak harmonis, perceraian, atau hubungan toxic yang pernah dilihat atau dialami membuat sebagian dari mereka lebih berhati-hati.
  • Mereka takut mengulangi pola yang sama, sehingga memastikan kesiapan mental adalah prioritas.
  • Gen Z juga percaya bahwa kedamaian diri jauh lebih penting daripada status pernikahan.

4. Standar Hubungan yang Semakin Selektif

Generasi muda kini tidak mau menikah hanya karena tekanan atau usia.

  • Mereka mengutamakan kualitas hubungan, bukan sekadar formalitas.
  • Ekspektasi hubungan yang setara, sehat, dan saling mendukung menjadi standar minimum.
  • Banyak yang memilih tidak menikah daripada terjebak dalam hubungan yang tidak produktif.

Selektivitas ini bukan berarti takut berkomitmen, tetapi bentuk kesadaran akan pentingnya hubungan yang sehat.

5. Pergeseran Nilai dan Gaya Hidup

Budaya modern memengaruhi cara Gen Z memaknai hidup.

  • Kebahagiaan tak harus datang dari pernikahan.
    Traveling, karier, hobi, dan pertemanan bisa menjadi sumber pemenuhan hidup.
  • Individualisme berkembang.
    Mereka lebih nyaman menikmati fase hidup tanpa tekanan menikah muda.
  • Tren “soft life” dan “quiet living” membuat Gen Z ingin menjalani hidup lebih santai, jauh dari drama dan ekspektasi sosial.

6. Menikah Menjadi Pilihan, Bukan Kewajiban

Jika dulu menikah adalah standar yang ditetapkan masyarakat, kini Gen Z menganggapnya sebagai opsi yang bisa diambil atau tidak.

  • Tidak lagi ada urgensi untuk “kejar-kejaran usia”.
  • Mereka lebih terbuka dengan berbagai kemungkinan hidup.
  • Kebebasan menentukan jalan hidup menjadi bagian penting dari identitas Gen Z.

Fenomena Gen Z yang tidak terlalu memikirkan pernikahan bukan sekadar tren gaya hidup, melainkan bentuk adaptasi terhadap perubahan zaman. Tantangan ekonomi, kesadaran mental, fleksibilitas nilai, hingga keinginan membangun diri membuat pernikahan bergeser dari “keharusan” menjadi “opsi”. Gen Z tidak menolak pernikahan, mereka hanya ingin memastikan bahwa jika pun menikah, itu adalah pilihan yang tepat, di waktu yang tepat, dan dengan alasan yang matang. (thw)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini