KUBUS.ID – Sebuah penelitian baru mengonfirmasi bahwa semakin sedikit generasi Milenial dan Gen Z yang mempunyai anak, dan ada alasan khusus mengapa mereka memutuskan begitu. Lebih dari separuh orang berusia 18 hingga 34 tahun yang disurvey memilih untuk tidak memiliki anak karena tantangan keuangan, menurut data yang baru dirilis dari perusahaan riset Australia, Red Bridge.
Dari generasi muda yang memilih untuk tidak memiliki anak, 35 persen berpendidikan universitas, dan 33 persen berpenghasilan lebih dari Rp 32 juta per minggu (perlu dicatat bahwa biaya hidup di setiap negara berbeda). Namun hampir setengahnya tidak memiliki rumah. Kos Samaras, direktur Red Bridge, mengatakan bahwa penelitian ini merupakan pertanda zaman di mana generasi muda mengalami keterbatasan finansial hingga mereka mempertimbangkan untuk tidak memiliki anak.
“Jumlah yang harus dibayar oleh kaum muda untuk menyicil rumah atau sewa, serta biaya hidup sehari-hari membuat mereka merasa terbatas, sehingga memiliki anak seringkali dianggap di luar kemampuan mereka,” katanya.
“Untuk generasi sebelumnya, dibutuhkan waktu hingga usia 30-an untuk mendapatkan keamanan finansial, dan untuk Generasi Z dan Milenial, mereka merasa butuh waktu hingga usia 40-an,” ujarnya.
Menurut Samaras, generasi muda di banyak negara barat, tidak berani memulai sebuah keluarga karena secara finansial, mereka merasa belum siap untuk membesarkan dan membiayai anak dengan layak. Influencer Laura Henshaw, 30, adalah salah satu wanita yang menunda memiliki anak. Faktanya, dia bahkan tidak yakin apakah dia menginginkannya atau tidak.
Dia baru-baru ini meluncurkan podcast berjudul “Do I Want Kids?,” dan dalam diskusinya muncul wawasan tentang mengapa begitu banyak remaja putri tidak tertarik untuk menjadi ibu. Henshaw mengatakan bahwa dia berbicara dengan lebih dari 1.000 orang dan salah satu alasan utama mereka ragu untuk menjadi orangtua adalah uang. “Salah satu alasan utamanya adalah biaya. Begitu banyak orang yang khawatir tidak mampu membiayai anak secara layak,” ujarnya.
“Inilah sebabnya banyak dari mereka menunggu lebih lama (untuk punya anak), karena pendapatan mereka tidak akan cukup untuk menghidupi keluarganya, sehingga mereka memerlukan lebih banyak waktu untuk mengumpulkan tabungan.”
Bagi Henshaw, apa yang membuatnya sangat gugup untuk memiliki anak adalah kurangnya uang, karena dia berada dalam posisi dilema, apakah dia bisa berkarier sekaligus menjadi seorang ibu. “Ketakutan terbesar saya adalah, bisakah aku melakukan keduanya? Bisakah aku berkarir dan punya anak?” katanya. Sementara model Australia Ellie Gonsalves, 33, mememiliki ketakutan yang sama. Dia juga menemukan bahwa banyak perempuan lain yang setuju dengan gagasan tersebut karena tekanan keuangan saat ini.
“Saat mempertimbangkan untuk memiliki anak dalam perekonomian saat ini, masyarakat menghadapi beberapa masalah besar, seperti ketidakamanan pekerjaan, tingginya biaya hidup, biaya penitipan anak, biaya pendidikan, masalah keseimbangan kehidupan kerja, tantangan kesehatan mental, masalah lingkungan, kurangnya dukungan sosialdan hal lannya.” “Banyak orang merasa sangat sulit untuk mempersiapkan masa depan mereka sendiri, apalagi menyediakan kesejahteraan bagi seorang anak,” katanya.
Kondisi di Indonesia
Di Indonesia, fenomena childfree ternyata juga semakin bertambah dalam beberapa tahun terakhir. Fakta tersebut tertuang dalam kajian Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), dalam artikel DATAin Edisi 2023, bertajuk Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia.
Untuk diketahui, childfree mengacu pada individu dewasa atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun melalui proses adopsi. Childfree tidak ada kaitannya dengan kesehatan fertilitas seseorang, tetapi murni karena pilihan hidup.
“Persentase perempuan childfree di Indonesia cenderung meningkat dalam empat tahun terakhir. Meskipun prevalensinya sedikit tertekan di awal pandemi Covid-19, namun persentasenya kembali menanjak di tahun-tahun berikutnya,” bunyi artikel DATAin BPS tersebut yang ditulis oleh Yuniarti dan Satria Bagus Panuntun, dikutip Jumat (8/3/2024). Kajian DATAin BPS tersebut, menganalisis fenomena childfree di Indonesia dari sisi maternal, menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022. “Menurut hasil Susenas 2022, persentase perempuan childfree di Indonesia saat ini sekitar 8 persen, hampir setara dengan 71.000 orang,” bunyi kajian DATAin BPS. Menariknya, jumlah perempuan yang memilih childfree cenderung naik selama empat tahun terakhir. Pola kenaikan jumlah perempuan childfree dalam empat tahun terakhir, memberikan indikasi bahwa angka ini kemungkinan akan naik di tahun berikutnya.
Dari penelitian yang sama, didapati bahwa alasan tidak memiliki anak juga mirip dengan penelitian di Australia, yakni takut tidak mampu membiayai atau mengurus anak dengan baik.
Sumber: kompas.com