Beranda Gaya Hidup Hati-Hati! Kentang Bertunas Bisa Jadi Racun: Kenali Bahayanya Sebelum Terlambat

Hati-Hati! Kentang Bertunas Bisa Jadi Racun: Kenali Bahayanya Sebelum Terlambat

146

KUBUS.ID – Kentang adalah salah satu makanan pokok yang sangat populer di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Rasanya yang netral dan kandungan gizinya yang cukup tinggi menjadikannya bahan dasar berbagai masakan, mulai dari gorengan, sup, hingga camilan modern. Namun, kentang ternyata menyimpan bahaya tersembunyi yang jarang disadari banyak orang—terutama jika sudah bertunas atau berubah warna menjadi kehijauan.

Sering kali, kita menyimpan kentang di dapur dalam waktu yang cukup lama. Saat hendak mengolahnya, baru terlihat beberapa kentang sudah mengeluarkan tunas kecil atau menunjukkan warna hijau pada kulitnya. Tak jarang, demi menghindari pemborosan, kita memilih untuk tetap mengolah kentang tersebut dengan memotong bagian yang rusak. Padahal, keputusan ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Apa yang Terjadi Saat Kentang Bertunas?

Kentang bertunas terjadi secara alami ketika umbi tersebut disimpan dalam waktu lama, terutama di tempat yang terang dan lembap. Proses ini merupakan bagian dari siklus hidup tanaman, di mana kentang mencoba tumbuh kembali. Namun, bersamaan dengan munculnya tunas, kentang juga mulai memproduksi senyawa beracun alami bernama glycoalkaloid, terutama solanin dan chaconine.

Kedua senyawa ini sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan alami kentang dari serangan hama. Namun, bagi manusia, glycoalkaloid bisa sangat berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Racun ini terkonsentrasi di bagian kulit, tunas, dan area sekitar tunas kentang, serta lebih tinggi lagi jika kentang mulai berubah warna menjadi hijau.

Bahaya Glycoalkaloid untuk Kesehatan

Mengonsumsi kentang yang mengandung kadar glycoalkaloid tinggi bisa menimbulkan gejala keracunan ringan hingga berat. Gejala yang umum muncul meliputi:

  • Mual dan muntah
  • Sakit perut dan kram
  • Diare
  • Pusing
  • Rasa terbakar di tenggorokan dan mulut

Dalam kasus yang lebih parah (meskipun sangat jarang), glycoalkaloid dapat menyebabkan gangguan sistem saraf, bahkan kematian, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar tanpa sadar. Beberapa laporan medis di dunia mencatat insiden serius akibat konsumsi kentang yang mengandung solanin dalam kadar tinggi.

Warna Hijau pada Kentang: Apa Artinya?

Sering kita lihat kentang yang tampak kehijauan di permukaannya. Warna hijau ini muncul karena klorofil, pigmen alami yang diproduksi kentang saat terkena cahaya. Meski klorofil sendiri tidak berbahaya bagi tubuh, kemunculannya sering kali menjadi indikasi bahwa glycoalkaloid juga sedang meningkat.

Jadi, kentang berwarna hijau sebaiknya dianggap sebagai “alarm” atau peringatan dini. Warna tersebut menunjukkan bahwa kentang tidak lagi aman dikonsumsi, terutama jika bagian hijau ini cukup luas atau disertai dengan tumbuhnya tunas.

Bolehkah Tetap Mengonsumsi Kentang Bertunas?

Jawabannya: bisa saja, tapi dengan syarat ketat dan risiko yang tetap ada. Jika memang tidak ada pilihan lain, para ahli menyarankan beberapa langkah berikut untuk meminimalkan risiko:

  1. Buang semua tunas yang tumbuh dari kentang.
  2. Kupas kulit kentang secara menyeluruh, terutama bagian yang berwarna hijau.
  3. Potong bagian sekitar tunas, karena area ini cenderung mengandung konsentrasi racun tertinggi.
  4. Gunakan pisau tajam dan bersih agar pembersihan lebih efektif.
  5. Hindari memberi kentang bertunas kepada anak-anak, lansia, atau orang dengan sistem imun lemah, karena mereka lebih rentan terhadap racun.

Namun penting dicatat: proses ini hanya membantu mengurangi kadar glycoalkaloid, tidak menghilangkannya sepenuhnya. Jadi, jika kondisi kentang terlihat mencurigakan atau baunya mulai berubah, lebih baik tidak dikonsumsi sama sekali.

Tips Menyimpan Kentang agar Tidak Cepat Bertunas

Agar kentang tetap segar dan aman dikonsumsi dalam waktu lama, berikut beberapa tips penyimpanan yang bisa Anda terapkan:

  • Simpan di tempat sejuk, gelap, dan kering. Hindari sinar matahari langsung dan ruangan yang lembap.
  • Jangan simpan kentang di kulkas. Suhu terlalu dingin justru dapat mempercepat proses pembentukan gula yang berkontribusi pada peningkatan solanin.
  • Pisahkan dari buah dan sayur lain. Terutama dari buah seperti apel dan pisang yang memproduksi gas etilen yang dapat mempercepat pematangan (dan tunas).
  • Periksa stok secara berkala. Buang kentang yang mulai menunjukkan tanda-tanda pembusukan atau bertunas.

Kesimpulan: Jangan Abaikan Tanda Bahaya pada Kentang

Kentang memang makanan yang lezat, bergizi, dan mudah diolah. Namun, penting untuk selalu memeriksa kondisi kentang sebelum dikonsumsi. Kentang yang bertunas atau berwarna hijau bukan hanya kehilangan kualitas rasa, tetapi juga bisa membawa bahaya serius bagi tubuh.

Daripada mengambil risiko kesehatan, sebaiknya segera buang kentang yang mencurigakan. Kesehatan Anda jauh lebih berharga dibanding sebongkah kentang yang sudah tidak layak makan. (thw)

Sumber: cnnindonesia.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini