Oleh: Jeannie Latumahina
KUBUS.ID – Hari Ibu, 22 Desember 2025, semestinya kita tidak lagi terjebak dalam seremoni semu yang sekadar tumpukan bunga atau deretan kata manis di media sosial. Hari Ibu ini adalah momentum krusial untuk menyadari bahwa di balik kokohnya pilar sebuah negara, ada detak jantung seorang ibu yang bekerja tanpa jeda. Karena seorang Ibu bukanlah pelengkap, sebab ia merupakan jangkar strategis yang menghubungkan kesejahteraan keluarga dengan kedaulatan masa depan bangsa.
Namun, di tengah kemeriahan perayaan ini, nurani kita terusik oleh rangkaian berita pilu sepanjang Desember 2025. Hati kita bagai tersayat melihat kenyataan bahwa masih ada anak yang tega mengusir, memenjarakan, bahkan dengan keji mencabut nyawa wanita yang pernah bertaruh nyawa melahirkannya. Tindakan tidak manusiawi ini bukan sekadar luka sosial, melainkan cerminan retaknya fondasi penghormatan kita terhadap sumber kehidupan. Bagaimana mungkin kita mendamba Indonesia yang besar, jika sosok Ibu yang menjadi pondasi utamanya justru kita hancurkan?
Kita harus menyadari bahwa menghargai dan memberikan rasa bangga kepada Ibu adalah harga mati. Sebab, di tangan para ibu pulalah wajah Indonesia Emas 2045 sedang dibentuk. Dimana peran Ibu adalah laboratorium etika pertama bagi para calon pemimpin. Dari dekapannya lahir karakter unggul yang jujur dan beradab. Terlebih di era gempuran teknologi saat ini, peran Ibu menjadi kian vital sebagai penjaga gawang digital. Melalui literasi dan kasih sayang, Ibu memastikan setiap inci teknologi di rumah digunakan secara bijak demi melindungi mental generasi penerus.
Lebih jauh lagi, Ibu adalah agen pertama pemberantas korupsi. Nilai kejujuran yang ditanamkan sejak dini di meja makan merupakan fondasi integritas bangsa yang tak tergoyahkan. Setiap nasihatnya adalah benteng moralitas anak bangsa. Tidak berhenti di sana, peran Ibu juga nyata dalam menjaga ketahanan pangan keluarga dengan memastikan gizi seimbang agar generasi tumbuh sehat dan cerdas. Ia menjadi guru pertama dalam pendidikan informal, menanamkan rasa ingin tahu dan cinta belajar. Melalui solidaritas sosial yang dibangun dalam komunitas ibu-ibu, terbentuk jaringan dukungan yang memperkuat kohesi masyarakat. Bahkan dalam ranah ekonomi mikro, banyak ibu yang menjadi tulang punggung UMKM, menopang ekonomi keluarga sekaligus bangsa.
Oleh karena itu, mari kita berhenti menjadi anak yang hanya pandai menuntut. Membalas seluruh kasih sayang Ibu adalah kemustahilan, namun menghormati dan memberinya rasa bangga adalah kewajiban yang tak boleh ditawar. Jangan biarkan air mata Ibu jatuh karena kekejaman atau pengabaian kita. Sebab, di dalam setiap tetes doa dan ketulusannya, tersimpan kekuatan dahsyat yang menggerakkan roda bangsa ini.
Selamat Hari Ibu 2025 untuk seluruh ibu tangguh di Indonesia. Mari kita menghormati mereka bukan sekadar dengan kata-kata, melainkan melalui sikap yang santun dan nyata. Sebab hanya di tangan Ibu yang kuat dan dihargai, Indonesia akan berdiri tegak sebagai bangsa yang bermartabat.(*)
Jakarta, 21 Desember 2025
*Penulis adalah Ketua Umum RPA Indonesia
































