KUBUS.ID – Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyatakan Inggris akan secara resmi mengakui Negara Palestina pada September 2025, jika Israel gagal memenuhi serangkaian tuntutan penting, termasuk menyetujui gencatan senjata di Gaza. Pernyataan tegas ini disampaikan Starmer dalam pidato nasional yang disiarkan langsung dari Downing Street, Selasa (29/7), usai rapat darurat kabinet.
“Inggris harus mengakhiri penderitaan yang mengerikan di Gaza, mendesak gencatan senjata, dan mendorong perdamaian jangka panjang yang nyata melalui solusi dua negara,” ujar Starmer dalam pidatonya, dilansir Kompas.com.
Langkah Berani dari London
Starmer menegaskan, Inggris akan mengambil langkah diplomatik besar jika tidak ada kemajuan signifikan dari pihak Israel hingga Sidang Umum PBB pada September mendatang.
“Saya selalu percaya bahwa pengakuan atas negara Palestina adalah kontribusi penting terhadap proses perdamaian. Kini, ketika solusi dua negara justru semakin terancam, saatnya Inggris bertindak,” tegas Starmer, dikutip dari AFP, Rabu (30/7/2025).
G7 Pecah: Inggris dan Prancis Siap Akui Palestina
Langkah ini diprediksi akan menjadi babak baru dalam dinamika politik global. Inggris dan Prancis, dua negara besar Eropa yang juga sekutu dekat Israel, berpotensi menjadi anggota G7 pertama yang secara resmi mengakui negara Palestina.
Pekan lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron lebih dulu mengumumkan bahwa Paris akan mengakui Palestina pada Sidang Majelis Umum PBB, 23 September 2025. Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menyambut baik keputusan Inggris, menyebutnya sebagai momentum penting untuk menghentikan kekerasan yang terus berulang di Timur Tengah.
Israel dan AS Menolak Keras
Namun, tidak semua pihak menyambut positif. Pemerintah Israel mengecam rencana tersebut sebagai “hadiah untuk Hamas” dan memperingatkan bahwa pengakuan sepihak dapat menghambat upaya gencatan senjata. Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Israel, juga menyuarakan penolakan.
Meski begitu, tekanan internasional terhadap Israel terus meningkat, seiring memburuknya situasi kemanusiaan di Gaza.(adr)