KUBUS.ID – Kasus pembunuhan balita 3 tahun bernama Nisa di Dusun Babaan Desa Tugurejo Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri masih terus berjalan. Kematian balita malang itu terungkap usai 3 hari setelah jasad terkubur di samping rumahnya sejak Sabtu (22/6/2024) lalu.
Kepala Dusun Babaan, Julianto mengatakan kedua orang tua balita bernama Taskim dan Novita memang baru menempati rumah yang menjadi tempat kejadian perkara (TKP) tepatnya RT 1 RW 2 Dusun Babaan sejak 4 bulan terakhir. Keduanya diketahui juga baru menikah pada bulan Januari 2024.
“Sebelumnya rumah ini ditempati oleh ibu dari Taskim, mereka tinggal di sini lumayan lama. Tapi bukan asli sini,” kata Julianto saat dikonfirmasi, Rabu (26/6/2024).
Julianto mengatakan, Nisa baru ikut tinggal di rumah tersebut menyusul ibunya Novita. Sebelumnya, Nisa masih tinggal di Kecamatan Pace Kabupaten Nganjuk bersama sang kakek bernama Suyono.
Julianto menjelaskan, sebelum terungkapnya kematian dari Nisa, Suyono bersama keluarga dari Nganjuk pada hari Selasa (27/6/2024) kemarin datang dan melaporkan kejadian kematian sang cucu yang telah dikubur di samping rumah anak dan menantunya.
“Dari informasi tersebut kami lapor ke pihak desa dan diteruskan ke kepolisian. Ternyata betul anaknya dimakamkan di samping rumah,” jelas Julianto.
Meski begitu, Julianto masih belum mengetahui secara pasti kepribadian dan pekerjaan dari Taskim dan istrinya. Dia hanya menyebut bahwa pekerjaan mereka adalah serabutan.
“Kerjanya serabutan. Tapi kurang tahu pasti. Karena di sini hanya menempati rumah ibunya,” paparnya.
Saat ini Julianto mengaku masih dimintai keterangan oleh pihak kepolisian terkait proses hukum yang masih berjalan.
Terpisah, Suyono, kakek korban mengungkapkan bahwa anaknya memang baru menikah dengan Taskim yang memiliki darah keturunan Pakistan. Mereka kemudian tinggal bersama di Kabupaten Kediri dan membawa sang cucu.
“Ceritanya ada keturunan Pakistan. Dulu ibunya bekerja di luar negeri dan dapat orang sana. Kemudian lahir Taskim ini. Dari fisik memang kelihatan berbeda karena posturnya tinggi dan wajahnya bukan seperti Jawa asli,” paparnya.
Namun dia tak menyangka sang cucu kesayangannya menjadi korban penganiayaan dan meninggal dunia. Padahal Nisa sejak lama ikut tinggal dengan dirinya, dan baru empat bulan berpisah.
“Saya sampai menangis tengah malam saat tahu kabar kematian itu. Saya langsung datang ke Kediri dan lapor ke Pak Kamituwo. Yang penting nanti cucu saya bisa saya bawa pulang dan dimakamkan di Nganjuk,” jelasnya.
Terkait kasus yang masih bergulir, Suyono mengaku pasrah dan menyerahkannya kepada pihak berwajib.
“Yang penting cucu saya dikubur di Nganjuk. Untuk keduanya (ortu Nisa-red) saya menyerahkan ke polisi,” tutupnya.(sya/adr)