
KUBUS.ID — Kasus dugaan keracunan massal yang menimpa puluhan siswa SMP Negeri 1 Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, pasca mengkonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Senin pagi, terus mendapat penanganan serius dari pihak terkait. Dinas Kesehatan (Dinkes) Tulungagung mencatat jumlah korban terus bertambah hingga malam hari.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Tulungagung, Desi Lusiana Wardani, mengungkapkan hingga pukul 21.30 WIB, tercatat sebanyak 67 siswa mengalami gejala keracunan, seperti mual, muntah, dan sakit perut.
“Dari jumlah tersebut, lima orang dirujuk ke RSUD dr. Karneni Campurdarat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, sementara 17 dirawat di Puskesmas Boyolangu dan sisanya menjalani rawat jalan,” kata Desi.
Menurut Desa kejadian bermula ketika makanan dalam program MBG dibagikan kepada siswa sekitar pukul 07.30 WIB. Dinkes menerima laporan pertama sekitar pukul 10.30 WIB, saat empat siswa mulai menunjukkan gejala keracunan dan dibawa ke puskesmas.
Awalnya empat orang, namun laporan terus bertambah hingga malam ini mencapai 67 orang. Semua sudah ditangani. Untuk investigasi, timnya telah turun ke lokasi penyedia makanan untuk mengambil sampel makanan yang akan diteliti lebih lanjut di laboratorium.
“Sebagai langkah awal pencegahan, kami bersama instansi terkait memutuskan untuk menghentikan sementara suplai makanan program MBG dari pihak SPPG yang mengirim makanan di SMPN 1 Boyolangu,” ujarnya.
Keputusan itu diambil setelah rapat koordinasi. Pihaknya tidak ingin mengambil risiko lebih lanjut sebelum hasil investigasi keluar. Selain itu, Dinkes Tulungagung juga terus memantau puskesmas-puskesmas terdekat, khususnya di wilayah Boyolangu.
Desi menyebut, SMPN 1 Boyolangu memiliki sekitar 1.200 siswa yang mengonsumsi MBG pada hari kejadian. Oleh karena itu, pelacakan terhadap siswa lain yang mungkin mengalami gejala serupa masih terus dilakukan.
Penyelidikan masih terus berlangsung untuk memastikan penyebab pasti dari kejadian tersebut. Sementara itu, keluarga siswa dan masyarakat diimbau tetap tenang sembari menunggu hasil resmi dari laboratorium. (far)