KUBUS.ID – Sekretaris Jenderal Liga Arab, Ahmed Aboul Gheit, menegaskan penolakan tegas terhadap rencana pemindahan warga Palestina dari tanah mereka. Dalam pernyataannya yang disampaikan di World Government Summit 2025 di Dubai pada Rabu (12/2), Aboul Gheit memperingatkan bahwa tekanan yang diberikan Presiden AS, Donald Trump, bisa memicu konflik besar di Timur Tengah dan berpotensi menimbulkan krisis global.
“Kami menolak segala upaya untuk memindahkan warga Palestina dari tanah mereka. Penyelesaian yang adil antara Palestina dan Israel harus segera tercapai,” ujar Aboul Gheit. Ia menambahkan, jika Trump terus mendesak pihak Arab dan Palestina, ini bisa memperburuk situasi di Timur Tengah, membawa kawasan ini ke dalam siklus perselisihan yang lebih parah.
Aboul Gheit juga menekankan, rencana pemindahan tersebut bukan hanya merupakan ketidakadilan besar, tetapi juga akan berpotensi menciptakan masalah global yang serius. “Ini bukan hanya soal ketidakadilan yang tak bisa diterima oleh umat manusia, tetapi juga akan menjadi krisis internasional,” ucapnya, seperti dilansir dari Antara.
Peringatan Aboul Gheit muncul setelah pertemuan antara Trump dan Raja Yordania Abdullah II di Gedung Putih pada Selasa (11/2), di mana Trump mengungkapkan niat untuk “mengambil alih” Gaza dan mengelola wilayah tersebut di bawah otoritas AS, dengan rencana pembangunan hotel, gedung perkantoran, dan infrastruktur lainnya.
Aboul Gheit menilai rencana ini berbahaya dan bisa menjadi preseden buruk bagi praktik pembersihan etnis yang mungkin ditiru di wilayah lain di dunia. Selain itu, rencana Trump datang di tengah gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang berlaku di Gaza sejak 19 Januari lalu, yang bertujuan menghentikan perang genosida Israel yang telah merenggut lebih dari 48.200 nyawa dan menghancurkan wilayah tersebut.
Dengan blokade yang telah berlangsung selama 18 tahun, Israel menjadikan Gaza sebagai “penjara terbuka terbesar di dunia,” memaksa hampir 2 juta dari 2,3 juta penduduknya untuk mengungsi, sementara kekurangan pangan, air, dan obat-obatan semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.(adr)