KUBUS.ID – Niat puasa adalah salah satu rukun yang wajib dipenuhi oleh setiap Muslim yang hendak berpuasa. Namun, tahukah Anda bahwa tata cara niat puasa memiliki perbedaan, terutama antara puasa wajib dan puasa sunnah? Simak penjelasan berikut yang dilansir dari MUI Digital untuk memahami lebih dalam!
Niat Puasa Wajib dan Puasa Sunnah: Apa Bedanya?
Untuk puasa wajib, seperti puasa Ramadhan, qada, dan nazar, niat harus dilakukan pada malam hari sebelum terbit fajar. Hal ini penting agar puasa yang dijalani sah di sisi Allah SWT.
Namun, berbeda dengan puasa wajib, niat untuk puasa sunnah lebih fleksibel. Anda masih bisa berniat di siang hari, bahkan setelah terbit fajar, asal niat tersebut dilakukan sebelum makan atau minum.
Pendapat Mazhab Maliki: Niat Sekali Saja untuk Sebulan Penuh
Menurut Mazhab Maliki, niat puasa Ramadhan bisa dilakukan cukup sekali pada malam pertama Ramadhan untuk seluruh bulan tersebut. Ini berarti, Anda tidak perlu memperbarui niat setiap malam, karena puasa Ramadhan dianggap sebagai satu kesatuan ibadah yang berlangsung sebulan penuh. Pendapat ini berlandaskan pada pemikiran Yusuf Al-Qaradlawi dalam Fiqh al-Shiyam yang menyatakan bahwa niat cukup dilakukan di malam pertama bulan Ramadhan.
Niat puasa untuk satu bulan penuh, sebagai berikut
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ فَرْضًا لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma jami’i syahri ramadhani hadzihis sanati fardhan lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti pendapat Imam Malik, wajib karena Allah Ta’ala.” (Shafira Amalia, ed: Nashih)
Kenapa Tidak Perlu Niat Setiap Hari?
Sebagai langkah kehati-hatian, terutama jika Anda khawatir lupa atau ketiduran, Anda bisa mengikuti pendapat Mazhab Maliki ini. Cukup berniat sekali untuk sebulan penuh, sehingga tidak perlu merasa khawatir jika lupa berniat setiap malam.
Mazhab Syafii: Niat Harus Dilakukan Setiap Malam
Namun, menurut pendapat Mazhab Syafii, umat Islam dianjurkan untuk berniat puasa setiap malam selama bulan Ramadhan. Biasanya, niat ini dilakukan setelah shalat tarawih atau saat makan sahur, untuk memastikan bahwa puasa yang dijalani sah dan sesuai dengan aturan.
Syekh Sulaiman Al-Bujairimi dalam karyanya, Hasyiyatul Iqna’, menjelaskan sebagai berikut:
ويشترط لفرض الصوم من رمضان أو غيره كقضاء أو نذر التبييت وهو إيقاع النية ليلا لقوله صلى الله عليه وسلم: من لم يبيت النية قبل الفجر فلا صيام له. ولا بد من التبييت لكل يوم لظاهر الخبر
Artinya: “Disyaratkan berniat di malam hari bagi puasa wajib seperti puasa Ramadhan, puasa qadha, atau puasa nadzar. Ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW, ‘Siapa yang tidak berniat di malam hari sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.’ Karenanya, harus niat puasa di setiap hari (bulan Ramadan) jika melihat redaksi zahir hadits.” (Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Iqna’, juz 2)
Adapun bacaan niat puasa Ramadhan, sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i fardhi syahri Ramadhana hadzihis sanati lillahi ta’ala.
Artinya: “Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta’ala”
Mana yang Harus Diikuti?
Kedua pendapat tersebut memiliki dasar yang kuat, dan Anda bisa memilih yang paling sesuai dengan kondisi dan kebiasaan Anda. Baik mengikuti pendapat Mazhab Maliki yang menyarankan niat sebulan penuh, atau mengikuti Mazhab Syafii yang menganjurkan niat setiap malam, yang terpenting adalah kesungguhan dalam menjalankan ibadah puasa.
Dengan memahami perbedaan niat puasa ini, Anda bisa lebih yakin dan tenang dalam menjalani ibadah puasa Ramadhan tahun ini.(adr)