KUBUS.ID – Fenomena masyarakat yang menutup seluruh badan jalan untuk keperluan hajatan masih sering terjadi di berbagai daerah, termasuk di Kediri. Menanggapi hal ini, Dr. Imron Muzakki, M.Psi., Psikolog., Kepala Laboratorium Psikologi UIN Syekh Wasil Kediri, memberikan pandangannya dari perspektif psikologi sosial.
Menurutnya, perilaku individu dalam masyarakat tidak bisa dipisahkan dari pengaruh lingkungan sosial di sekitarnya. Dalam konteks psikologi sosial, individu dan lingkungan saling mempengaruhi satu sama lain, termasuk dalam kebiasaan menutup jalan untuk kegiatan pribadi seperti hajatan.
“Jika dalam lingkungan masyarakat hal seperti ini dianggap wajar dan menjadi bagian dari nilai kebersamaan, maka secara sosial hal itu bisa diterima dan bahkan dianggap sebagai bentuk solidaritas,” kata Dr. Imron, Rabu (8/10).
Namun, ia mengingatkan bahwa kebiasaan itu bisa menimbulkan dampak negatif jika tidak disertai dengan solusi atau pertimbangan terhadap kepentingan orang lain, terutama pengguna jalan.
“Perilaku menutup jalan bisa menjadi masalah jika dilakukan tanpa memberikan alternatif solusi. Di sinilah pentingnya kecerdasan sosial dari pihak penyelenggara hajatan,” tambahnya.
Kecerdasan sosial yang dimaksud meliputi kemampuan untuk memahami dan mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar, termasuk bagaimana dampak dari suatu kegiatan terhadap orang lain. Misalnya, memberikan jalur alternatif, memberi pengumuman jauh hari sebelumnya, atau memilih lokasi hajatan yang tidak sepenuhnya mengganggu akses jalan umum.
“Sebenarnya kepedulian sosial itu sederhana. Tapi seringkali bukan karena tidak peduli, melainkan caranya yang belum ketemu. Kalau memang harus menutup jalan, ya berikan solusinya, beri pemberitahuan, atau koordinasi dengan RT/RW dan aparat setempat,” jelasnya.
Dr. Imron juga menekankan bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, idealnya semua keputusan diambil melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Dengan begitu, kegiatan seperti hajatan bisa tetap berjalan dengan baik tanpa merugikan pengguna jalan lainnya.
“Ciri kepedulian itu ketika seseorang ingin bahagia bersama, bukan sendiri. Jadi kalau ada hajatan, idealnya tidak menutup akses publik sepenuhnya. Bisa dibicarakan untuk dicari jalan tengahnya,” pungkasnya. (far)