Beranda Gaya Hidup Waspadai Pengaruh Digital: Bagaimana Ponsel Mengacaukan Konsentrasi Anak

Waspadai Pengaruh Digital: Bagaimana Ponsel Mengacaukan Konsentrasi Anak

224

KUBUS.ID – Di era digital saat ini, penggunaan gadget seperti ponsel pintar sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah. Meski teknologi dapat mendukung proses pembelajaran, nyatanya kehadiran gadget justru bisa membawa dampak negatif terhadap konsentrasi dan produktivitas belajar anak.

Psikolog anak dan remaja dari Klinik Nest dan TigaGenerasi, Mutia Aprilia Permata Kusumah, M.Psi., menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam proses belajar anak saat ini adalah gangguan dari perangkat digital, khususnya ponsel. Bahkan ketika tidak digunakan secara aktif, gadget tetap memengaruhi fokus anak secara signifikan.

Gangguan Konsentrasi Akibat Gadget: Bukan Hanya Saat Digunakan

Mutia menyebut bahwa banyak orang tua belum menyadari bahwa gangguan dari gadget tidak selalu terjadi saat anak bermain gim atau membuka media sosial. “Cukup dengan adanya notifikasi yang muncul—baik dalam bentuk suara, getaran, maupun visual pop-up—anak sudah bisa kehilangan fokus,” ujarnya.

Perpindahan perhatian dari pelajaran ke ponsel, meski hanya berlangsung beberapa detik, tetap berdampak pada energi mental anak. Untuk kembali ke titik konsentrasi awal, anak membutuhkan waktu dan usaha. Jika gangguan semacam ini terus terjadi secara berulang, kualitas dan efektivitas belajar anak akan menurun secara keseluruhan.

Godaan Ponsel di Tengah Proses Belajar

Selain gangguan notifikasi, keberadaan ponsel itu sendiri sering menjadi “godaan” di tengah proses belajar. Saat mengalami kebosanan, kelelahan, atau kebingungan dalam memahami materi, anak dengan mudah terdorong membuka galeri foto, mengecek pesan, atau sekadar melihat aplikasi hiburan.

Menurut Mutia, kecenderungan ini diperparah jika tidak ada pengawasan atau batasan yang jelas dari orang tua dan guru. “Banyak anak mencari pelarian dari rasa jenuh melalui aktivitas digital. Ini bukan hanya masalah kebiasaan, tapi juga respons psikologis terhadap tekanan belajar,” tambahnya.

Bukan Hanya Anak, Orang Dewasa pun Rentan

Fenomena ini ternyata tidak hanya dialami anak-anak. Orang dewasa pun mengalami kesulitan yang sama dalam mempertahankan fokus ketika ada gangguan dari ponsel. Mutia menegaskan bahwa distraksi digital merupakan tantangan lintas usia. Maka dari itu, menciptakan lingkungan belajar dan bekerja yang minim gangguan digital merupakan kebutuhan bersama.

Solusi: Sinergi Sekolah dan Orang Tua

Menghadapi tantangan ini, Mutia menekankan pentingnya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam menciptakan sistem pembelajaran yang sehat dan efektif. Sekolah, menurutnya, sebaiknya tidak mengandalkan penggunaan ponsel pribadi siswa untuk proses pembelajaran. Alternatif seperti penggunaan laptop sekolah, buku cetak, atau metode belajar interaktif tanpa perangkat pribadi perlu dipertimbangkan.

Sementara itu, di rumah, orang tua dapat berperan aktif dengan menetapkan aturan yang tegas namun fleksibel. Beberapa strategi yang disarankan antara lain:

  • Melarang penggunaan gadget saat jam makan atau menjelang waktu tidur.
  • Menentukan zona bebas gadget, seperti ruang makan atau kamar tidur.
  • Memberikan waktu istirahat gadget secara berkala di sela-sela belajar.
  • Membangun komunikasi yang terbuka agar anak merasa didampingi, bukan diawasi.

Keseimbangan adalah Kunci

Gadget memang tidak bisa sepenuhnya dijauhkan dari kehidupan anak masa kini, namun penggunaan yang tidak terkendali bisa mengganggu tumbuh kembang kognitif dan mental mereka. Dengan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif dan membangun kedisiplinan digital sejak dini, anak-anak bisa tumbuh menjadi individu yang lebih fokus, produktif, dan bertanggung jawab terhadap teknologi yang mereka miliki.(thw)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini