KUBUS.ID – Di tengah naik-turunnya kondisi ekonomi, istilah frugal living makin sering terdengar. Banyak orang berlomba-lomba memangkas pengeluaran, menahan keinginan, bahkan merasa bersalah saat membeli sesuatu yang bersifat hiburan. Padahal, mengatur keuangan tidak harus berarti hidup serba pelit atau mengorbankan kebahagiaan.
Mengelola keuangan yang sehat sejatinya soal keseimbangan: antara kebutuhan, keinginan, dan kemampuan. Berikut beberapa cara realistis mengatur keuangan tanpa harus terjebak pada frugal ekstrem.
1. Bedakan Hemat dan Menyiksa Diri
Hemat berarti sadar prioritas, bukan meniadakan kesenangan sama sekali. Jika setiap pengeluaran kecil membuat stres, besar kemungkinan strategi keuangan yang diterapkan terlalu ketat. Keuangan yang sehat justru memberi rasa aman, bukan tekanan mental baru.
Alih-alih melarang diri membeli kopi favorit, lebih baik atur frekuensinya. Misalnya dari setiap hari menjadi dua kali seminggu. Tetap menikmati hidup, tapi dengan kontrol.
2. Tentukan Prioritas, Bukan Larangan
Banyak orang gagal mengatur keuangan karena terlalu fokus pada larangan. Padahal, yang lebih efektif adalah menentukan apa yang paling penting. Apakah kesehatan? Pengembangan diri? Hiburan? Tabungan masa depan?
Saat prioritas sudah jelas, pengeluaran akan menyesuaikan secara alami. Kita tidak perlu memotong semua hal, cukup mengurangi yang kurang relevan dengan tujuan hidup saat ini.
3. Gunakan Anggaran yang Fleksibel
Anggaran kaku sering kali sulit dijalani dalam jangka panjang. Kehidupan tidak selalu berjalan sesuai rencana—ada kebutuhan mendadak, ajakan sosial, atau momen tak terduga.
Coba gunakan konsep anggaran fleksibel: tentukan batas pengeluaran, tapi beri ruang toleransi. Jika bulan ini pengeluaran hiburan sedikit membengkak, bulan berikutnya bisa diseimbangkan kembali.
4. Menabung Tanpa Merasa Kehilangan
Menabung sering dianggap sebagai “uang yang diambil dari kesenangan hari ini”. Padahal, menabung seharusnya diposisikan sebagai bentuk merawat masa depan.
Cara sederhananya: sisihkan tabungan di awal, bukan dari sisa pengeluaran. Namun pastikan jumlahnya realistis, agar tidak memicu frustrasi dan akhirnya menyerah di tengah jalan.
5. Kendalikan Gaya Hidup, Bukan Membandingkan Hidup
Salah satu sumber kebocoran keuangan terbesar datang dari kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain, terutama lewat media sosial. Standar hidup orang lain belum tentu sesuai dengan kondisi dan tujuan kita.
Mengatur keuangan bukan soal mengikuti gaya hidup paling sederhana atau paling mewah, melainkan gaya hidup yang paling sesuai dan berkelanjutan untuk diri sendiri.
6. Sisakan Ruang untuk Bahagia
Keuangan yang sehat bukan hanya soal angka, tetapi juga soal kualitas hidup. Menyisakan anggaran untuk hal-hal yang membuat bahagia—sekecil apa pun—justru membantu kita konsisten dalam jangka panjang.
Karena pada akhirnya, tujuan mengatur keuangan bukan sekadar bertahan hidup, tetapi hidup dengan lebih tenang, sadar, dan bermakna.






























