
KUBUS.ID – Bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Mental Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober, Psikolog Klinis dari RSUD Kabupaten Kediri (RSKK) sekaligus Biro Psikologi Kaca Hati, Shinfani Rodhiyani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, mengungkapkan bahwa remaja merupakan kelompok yang sangat rentan mengalami gangguan kesehatan mental.
“Remaja berada dalam masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Pada fase ini, mereka seringkali dihadapkan pada tuntutan dari orang tua, keluarga, maupun sekolah, yang jika tidak dikelola dengan baik bisa menjadi tekanan yang cukup besar,” ujar Shinfani.
Menurutnya, remaja berada dalam masa transisi antara anak-anak dan dewasa. Pada fase ini, mereka seringkali dihadapkan pada tuntutan dari orang tua, keluarga, maupun sekolah, yang jika tidak dikelola dengan baik bisa menjadi tekanan yang cukup besar.
Shinfani menjelaskan, gangguan mental bisa dideteksi sejak dini melalui observasi perilaku. Beberapa tanda yang perlu diwaspadai antara lain perubahan emosi yang drastis, mudah marah, sulit konsentrasi, atau bahkan menarik diri dari lingkungan.
Menurut Shinfani, faktor internal sering menjadi pemicu utama gangguan mental. Inner child yang bermasalah, trauma masa kecil yang tidak tersampaikan, serta emosi yang terlalu lama dipendam bisa menjadi bom waktu. Belum lagi pengaruh media sosial yang sangat besar, di mana remaja sering menerima informasi mentah-mentah tanpa filter.
Untuk membentengi diri dari tekanan tersebut, Shinfani mendorong pentingnya kesadaran diri. Menurutnya, capek itu wajar. Jangan memaksakan diri untuk selalu terlihat kuat. Remaja juga perlu lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan memilah mana hal yang pantas untuk direspons.
“Capek itu wajar. Jangan memaksakan diri untuk selalu terlihat kuat,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat, seperti olahraga teratur dan istirahat cukup. Sementara itu, jika gangguan mental mulai memengaruhi pola tidur, pola makan, menurunnya minat, serta konsentrasi yang memburuk, maka saatnya meminta bantuan kepada professional/psikolog.
“Kalau kita sudah tidak bisa meng-handle sendiri, jangan ragu untuk datang ke psikolog atau tenaga ahli. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik,” tutup Shinfani.(slv)