Beranda Jawa Timur Distribusi Tidak Merata, LPG 3 Kg di Kota Kediri Menjadi Langka

Distribusi Tidak Merata, LPG 3 Kg di Kota Kediri Menjadi Langka

126

KUBUS.ID – Kelangkaan LPG 3 kg terus menjadi keluhan masyarakat di Kota Kediri. Dalam beberapa bulan terakhir, warga merasa semakin sulit mendapatkan gas yang menjadi kebutuhan sehari-hari, dengan harga yang terus melambung tinggi. Meski Disperdagin Kota Kediri menyatakan pasokan aman, distribusi yang tidak merata diduga kuat menjadi penyebab kelangkaan ini.

Sejak tiga bulan terakhir, warga Kediri mengalami kesulitan mendapatkan LPG 3 kg. Di beberapa wilayah, kelangkaan terjadi secara terus-menerus, sementara di tempat lain gas dapat diperoleh dengan lebih mudah. Kondisi ini memicu spekulasi di masyarakat bahwa terjadi ketidakadilan dalam distribusi gas bersubsidi yang seharusnya diperuntukkan bagi warga berpenghasilan rendah.

Lina, seorang karyawan di pangkalan Haryanto di Jalan PB Sudirman, Kota Kediri, membantah adanya masalah dengan pasokan gas dari Pertamina. Dalam wawancaranya dengan jurnalis Radio ANDIKA pada Selasa siang (08/10), Lina mengungkapkan bahwa pangkalannya selalu mendapatkan pengiriman yang rutin.

“Dari Pertamina, stok aman. Setiap hari kami menerima 80 tabung, dan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan kami,” ujar Lina.

Namun, situasi berbeda terjadi di pangkalan lain. Ningsih, pemilik pangkalan di Jalan Ratulangi, Kelurahan Setonopande, yang tidak jauh dari pangkalan Lina, mengungkapkan bahwa jatah pengiriman ke pangkalannya justru menurun drastis sejak bulan Juli lalu.

“Biasanya stok cukup untuk beberapa hari, tapi sekarang setiap kali pengiriman hanya 40 tabung, dan itu habis dalam hitungan menit,” jelas Ningsih.

Penurunan pasokan yang dialami oleh pangkalan Ningsih membuat banyak warga yang kesulitan mendapatkan LPG 3 kg untuk kebutuhan rumah tangga mereka. Pengiriman dari Pertamina yang hanya dilakukan dua kali dalam seminggu dengan jumlah yang terbatas semakin memperburuk keadaan.

“Kadang kasihan melihat warga yang datang pagi-pagi dan harus pulang dengan tangan kosong. Stok gas di pangkalan kami tidak bisa memenuhi permintaan yang semakin tinggi,” tambah Ningsih.

Di sisi lain, harga LPG di tingkat pengecer juga melonjak drastis. Yuli, seorang warga Setonopande, mengeluhkan harga gas yang mencapai Rp 25 ribu per tabung, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Bahkan, di beberapa tempat, stok LPG kerap kosong.

“Kalau ada pun, harganya mahal. Di sekitar Pasar Setonobetek, kadang harganya sampai Rp 25 ribu. Tapi lebih sering kosong, jadi kami harus keliling mencari,” kata Yuli.

Kelangkaan gas ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Selain sulit didapatkan, harga yang terus melonjak membuat beban ekonomi semakin berat bagi keluarga berpenghasilan rendah yang sangat bergantung pada LPG 3 kg. Kondisi ini juga mendorong munculnya spekulasi dan praktik-praktik yang tidak sehat dalam distribusi, di mana sebagian pihak mungkin menyalahgunakan alokasi gas bersubsidi tersebut.(son/slv)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini