KUBUS.ID – Di era digital yang serbaterkoneksi, orangtua milenial menghadapi tantangan dalam membesarkan anak. Dikutip dari Kiindred, Senin (30/9/2024), hampir 90 persen orangtua milenial adalah pengguna media sosial aktif. Angka ini jauh lebih tinggi dari generasi X yang hanya 76 persen. Kondisi tersebut membuat mereka lebih rentan terhadap paparan informasi yang berlebihan.
Paparan media sosial yang intens kerap menampilkan standar pengasuhan “sempurna”, mulai dari sekolah elite, les privat berkelas, hingga liburan mewah ke luar negeri. Standar ini menciptakan tekanan tersendiri bagi para orangtua.
Belum lagi dengan kalimat-kalimat seperti, “anak tetangga sudah les coding di usia 5 tahun” atau “teman sekolahnya sudah lancar tiga bahasa”. Terdengar sederhana, tapi tak jarang bisa memperbesar rasa ketertinggalan mereka.
Sebagian orangtua milenial yang menanggapi kritik mencoba menjelaskan kesulitan yang dihadapi. Salah satunya, influenser TikTok Lydia Kyle. Dilansir Business Insider, Jumat (8/12/2023), ia menuturkan, banyaknya akses informasi yang dimiliki membuat orangtua milenial kerap menghadapi opini-opini menyudutkan terkait cara mereka mendidik anak.
Opini-opini tersebut, lanjut Kyle, sering kali bertentangan dengan pola pengasuhan yang sudah dijalankan sehingga membuat banyak orangtua merasa takut mengambil langkah yang salah. Hal senada juga disampaikan oleh influencer TikTok Abby Eckel dalam sumber yang sama. Menurutnya, terlalu banyak informasi dari segala arah membuatnya tidak tahu bagaimana mempercayai diri sendiri. Ia pun kerap meragukan setiap langkah kecil dalam menjalankan peran seorang ibu.
Ciptakan FOMO Parenting
Paparan informasi yang begitu berlebihan itu tidak hanya mengikis kepercayaan diri orangtua, tetapi juga menciptakan rasa takut akan kesalahan yang terus membayangi. Dengan kondisi tersebut, fear of missing out (FOMO) menjadi lebih sulit dihindari. Dilansir Psychology Today, FOMO parenting sebenarnya bukan fenomena baru.
Namun, media sosial memperkuat tekanan ini dengan membuat perbandingan antara keluarga menjadi lebih mudah dan intens. Akibatnya, orangtua rela mengorbankan uang, waktu, dan energi hanya untuk memenuhi gengsi atau ekspektasi sosial yang sering kali tidak realistis dengan embel-embel “semua demi anak”.
Pakar psikoanalisis yang memperkenalkan konsep “good enough parenting” Donald Winnicott menjelaskan, orangtua tidak perlu menjadi sempurna. Hal terpenting adalah konsisten dalam memberikan perhatian, rasa aman, dan dukungan emosional, serta menanamkan nilai-nilai positif kepada anak.
Strategi cerdas hindari FOMO Parenting
Di tengah tekanan sosial yang dialami orangtua milenial, khususnya dalam memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin tinggi, banyak yang melupakan langkah preventif untuk melindungi masa depan keluarga mereka. Dalam menghadapi tantangan tersebut, dibutuhkan strategi cerdas agar dapat menyeimbangkan antara kebutuhan saat ini dan perencanaan jangka panjang.
Dilansir Psychology Today, ada beberapa langkah penting untuk mengatasi FOMO parenting. Pertama, mengenali prioritas keluarga yang sesungguhnya. Perlu disadari bahwa setiap keluarga memiliki kebutuhan dan kemampuan yang unik. Membandingkan diri dengan keluarga lain hanya akan menciptakan tekanan yang tidak perlu. Maka dari itu, fokuslah pada apa yang benar-benar penting bagi keluarga sendiri sehingga Anda bisa membangun fondasi kehidupan yang sehat dan seimbang.
Kedua, merefleksikan tujuan dasar pengasuhan. Winnicott menekankan bahwa dalam pengasuhan, kesempurnaan tidaklah realistis. Menurutnya, aspek terpenting terkait hal tersebut adalah konsistensi dalam memberikan perhatian dan dukungan emosional kepada anak.
Ketiga, membangun sistem pendukung yang sehat. Merujuk kembali Business Insider, banyak orangtua milenial merasa kehilangan “village” atau sistem pendukung yang dulu dimiliki generasi sebelumnya. Padahal, memiliki komunitas yang mendukung bisa membantu mengurangi tekanan dalam pengasuhan.
Keempat, pentingnya menyusun anggaran realistis. Orangtua perlu membedakan antara kebutuhan esensial dan keinginan yang didorong oleh tekanan sosial. Perencanaan keuangan yang matang menjadi kunci untuk memastikan stabilitas finansial keluarga dalam jangka panjang.
Di sinilah peran penting perencanaan keuangan jangka panjang yang sering terlupakan. Ketika terlalu fokus memenuhi tuntutan gaya hidup masa kini, banyak orangtua mengabaikan persiapan untuk masa depan keluarga.
Salah satu langkah strategis dalam perencanaan keuangan adalah memastikan adanya perlindungan finansial melalui asuransi jiwa. Fasilitas ini bukan sekadar produk finansial, melainkan bentuk tanggung jawab orangtua untuk memastikan keluarga tetap terjamin meski terjadi hal tidak terduga. Kabar baiknya, kini tersedia solusi asuransi yang terjangkau dan fleksibel untuk keluarga muda.
Sumber: kompas.com