KUBUS.ID – Berbagai tampilan dan respons Gen Z terhadap politik muncul jelang Pilkada 2024. Menurut Pengamat Sosial Politik sekaligus Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Mochammad Sinung Restendy, M.Pdi., M.Sos., minat Gen Z terhadap kontestasi politik tidak semua apatis. Fakta di lapangan, masih ada remaja yang aware dengan politik. Keapatisan Gen Z biasanya disebabkan karena persepsi politik yang menjenuhkan. Informasi hoax yang beredar di media sosial menyebabkan remaja cenderung tidak minat dengan dunia politik.
Menurut Sinung, politik membutuhkan pendewasaan. Remaja harus berproses untuk mencapai titik tersebut. Gen Z juga membutuhkan role model dalam berpolitik. Tokoh yang diidamkan remaja yaitu pemimpin yang memiliki kapabilitas, etikabilitas, intelektualitas, dan akuntabilitas. Sayangnya, fakta di lapangan banyak sosok yang justru terlihat mengejar popularitas, selebritas, dan mendominasi kelompok tertentu.
Remaja memiliki pemikiran yang kritis. Apatisme Gen Z juga disebabkan karena kursi politik didominasi elite yang tunduk kepada kekuasaan. Remaja membutuhkan fakta riil dan teladan yang baik. Moral menjadi poin utama agar marwah demokrasi tetap hidup.
Kerja sama antar stake holder, mulai dari institusi, pemerintah daerah, lembaga komunitas, dan pemerhati politik sangat dibutuhkan, untuk merangkul dan melibatkan remaja dalam menentukan kebijakan. Forum remaja untuk berdiskusi tentang politik juga bisa dilakukan untuk meningkatkan kepedulian Gen Z terhadap politik di Indonesia.(slv)
